Berita  

Muhammadiyah dan Al-Azhar Konsisten Dukung Kemerdekaan Palestina

Muhammadiyah Al-Azhar Kemerdekaan Palestina

Ngelmu.co – Ketua Umum (Ketum) Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Haedar Nashir, memberikan penghormatan tinggi kepada Grand Syekh Al-Azhar, Ahmed Al Tayyeb.

Ini berkaitan dengan kontribusinya dalam memajukan moderasi Islam di tingkat internasional.

Bersama Paus Fransiskus, Ahmed al-Tayyeb, terus berusaha mempertahankan keseimbangan moderat di tengah ekstremitas global.

Dalam sebuah pertemuan di Kantor PP Muhammadiyah, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (11/7/2024), Haedar, menyampaikan harap.

Ia mengharapkan agar Grand Syekh Al-Azhar, bersama tokoh-tokoh dunia dan pemimpin Islam, terus berupaya mewujudkan kemerdekaan Palestina.

Sekaligus menciptakan perdamaian baru di Timur Tengah.

“Kalau Palestina, belum menemukan solusi yang terbaik, sampai kapan pun akan menumbuhkan benih-benih ekstremitas dalam berbagai dimensi kehidupan,” ujar Haedar.

Ia juga menekankan, bahwa tidak cukup hanya moderasi. Nilai-nilai agama juga harus membawa kemajuan peradaban.

“Itulah yang kami maknai dari Qur’an surah Al-Baqarah, ayat 143, umat tengahan yang menjadi saksi.”

“Maksudnya adalah menjadi saksi dalam kontribusi kemajuan peradaban,” jelas Haedar.

Ia menyatakan bahwa umat Islam, harus dapat menyelesaikan masalah di mana pun mereka berada.

Baca juga:

Haedar juga menyoroti pentingnya menyebarkan pesan Islam yang progresif.

Sebuah prinsip yang menjadi landasan bersama antara Al-Azhar dan Muhammadiyah.

Dalam diskusinya dengan Grand Syekh Al-Azhar, Haedar, menekankan masalah ketertinggalan ekonomi yang dihadapi umat Islam.

Lebih jauh, dampak dari ketertinggalan di bidang ekonomi ini adalah hilangnya kekuatan dalam konstelasi politik internasional, serta kurangnya penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Ini menjadikan umat Islam, tidak memiliki posisi yang kuat dalam arena global, sehingga makin sulit untuk mewujudkan kemajuan dan kesejahteraan yang diharapkan.

Selain itu, peningkatan kerja sama antara Muhammadiyah dan Al-Azhar, menjadi topik diskusi dalam pertemuan tersebut; untuk bersatu dan maju bersama, perbedaan paham dan mazhab tidak menjadi penghalang.