Ngelmu.co – Siapa yang tidak kenal dengan KH Ahmad Dahlan, pendiri Muhammadiyah?
Namun, tidak sedikit, bahkan kebanyakan Muhammadiyah, tidak tahu makamnya.
Berbeda dengan makam-makam kiai lain yang justru senantiasa banjir peziarah.
Maka itu muncul rumor di media sosial, jika Muhammadiyah, tidak menghargai jasa pendirinya.
Pernyataan di atas sebenarnya sudah pernah dijawab oleh KH AR Fachruddin.
Sosok Ketua Pimpinan Pusat yang disegani di kalangan Muhammadiyah maupun di birokrasi; pada zamannya.
Namanya juga diabadikan untuk beberapa bangunan milik Muhammadiyah, sejak puluhan tahun lalu.
Pak AR–begitu beliau biasa disapa–merupakan salah seorang Ketua Muhammadiyah di masa lalu, yang tercatat menjabat paling lama.
Dalam kitab kecilnya yang bertajuk ‘Menudju Muhammadijah’, pada 1970, Pak AR menulis jawaban atas pertanyaan:
“Mengapa makam KH Ahmad Dahlan tidak terpelihara?”
Pak AR menjawab:
Memang beliau (KH Ahmad Dahlan) tidak menghendaki, kalau makam beliau diagung-agungkan.
Makin khawatir kalau-kalau makam itu lalu menjadi sembahan; sesuatu yang disembah orang.
Makam beliau, sampai sekarang tidak dibina. Baik oleh keluarganya, maupun oleh para pendukung cita-citanya.
Oleh keluarganya dan oleh pemimpin-pemimpin Muhammadiyah di Yogyakarta, tidak pernah menonjol-nonjolkan makam mendiang.
Bahkan oleh Pemerintah RI sendiri, pernah dikandung maksud ‘memuliakan’ makam almarhum.
Namun, oleh Muhammadiyah sendiri, tidak mendapat kesepakatan.
Kalau pemerintah mau menghargai jasa KH Ahmad Dahlan, bantu saja Muhammadiyah, tidak usah dirintang-rintangi.
Banyak pemimpin-pemimpin Muhammadiyah dari daerah-daerah yang ingin tahu, ingin menyaksikan makam almarhum KH Ahmad Dahlan.
Sampai sekarang, tidak ada yang berhasil. Sebab, jarang yang mau menunjukkannya.
Bahkan, pemimpin-pemimpin Muhammadiyah di Yogyakarta pun hanya sedikit sekali yang tahu letak makam almarhum.
Apakah orang-orang Muhammadiyah tidak tahu menghargai jasa BapaK Muhammadiyah?
Menurut ajaran almarhum KH Ahmad Dahlan sendiri, cara menghargai jasa pemimpin, bukan dengan memuliakan kuburnya.
Namun, dengan mendukung, memelihara, dan memperkembangkan pelajaran-pelajaran tersebut; apabila tidak bertentangan dengan hukum Allah. (Nukilan halaman 28).
Baca Juga:
- Kantongi Izin, Muhammadiyah Australia College Siap Mulai Tahun Ajaran 2022
- Jawaban Muhammadiyah soal Spirit Doll
Intinya, KH Ahmad Dahlan rahimahullah, memang berpesan kepada murid-muridnya, agar tidak mengagung-agungkan kuburannya.
Wasiat ini yang kemudian dipegang teguh oleh para penerus beliau di Muhammadiyah.
Jadi, bukan karena orang-orang Muhammadiyah sengaja menelantarkan atau tidak menghargai pun menghormati jasa-jasa beliau.
Namun, justru ketika warga Muhammadiyah menjadikan kuburan KH Ahmad Dahlan sebagai tempat perayaan, maka itu sesungguhnya Muhammadiyah tengah melanggar serta durhaka kepada pendirinya.
Catatan: Menyadur [menyusun kembali secara bebas tanpa merusak garis besar] tulisan dari Fanpage Pengikut Sunnah.