Ngelmu.co – Arya Sinulingga selaku staf khusus Erick Thohir [Menteri BUMN], menyebut negara mendapatkan dua keuntungan dari pelepasan kepemilikan saham Bandara Kualanamu.
“Angkasa Pura II mendapatkan dua keuntungan, yaitu dana sebesar Rp1,58 triliun dari GMR.”
“Serta ada pembangunan dan pengembangan Kualanamu, sebesar Rp56 triliun, dengan tahap pertama sebesar Rp3 triliun.”
Demikian tutur Arya, seperti Ngelmu kutip dari Antara, Jumat, 26 November 2021.
PT Angkasa Pura II melepas kepemilikan saham bandara yang terletak di Deli Serdang, Sumatra Utara itu.
Sebesar 49 persen saham berpindah ke perusahaan asal India, GMR Airport Internasional.
Keputusan ini, kata Arya, membuat perseroan tidak perlu mengeluarkan uang sebesar Rp58 triliun untuk pengembangan Bandara Kualanamu.
Pasalnya, mitra-lah yang akan menanggung proyek pembangunan bandara tersebut.
Menurut Arya, dana sebesar Rp1,58 triliun juga dapat digunakan oleh Angkasa Pura II, untuk pengembangan dan pembangunan bandara baru di Indonesia.
“Ini namanya memberdayakan aset, tanpa kehilangan aset. Bahkan, asetnya membesar berkali-kali lipat,” klaim Arya.
Angkasa Pura II dengan GMR, membentuk perusahaan patungan bernama PT Angkasa Pura Aviasi.
Tujuan mereka adalah untuk mengelola serta mengenal Bandara Internasional Kualanamu.
Adapun kerja sama ini akan berlangsung selama 25 tahun ke depan, dan semua biaya pembangunan menggunakan sistem build of take (BOT).
Nantinya, setelah 25 tahun, aset akan kembali kepada Angkasa Pura II.
“Jadi, aset tersebut tetap milik Angkasa Pura II, bukan dijual asetnya,” kata Arya.
“Jadi, keliru kalau mengatakan terjadi penjualan aset,” pungkasnya.
Bantahan Angkasa Pura II
Direktur Transformasi dan Portofolio Strategis PT Angkasa Pura II (Persero) Armand Hermawan juga membantah adanya penjualan saham [penjualan aset] Bandara Kualanamu.
Ia menjelaskan, bahwa Angkasa Pura (AP) II menggandeng GMR Airports Consortium untuk mengelola serta mengembangkan bandara.
AP II, kata Armand, masih menjadi pemegang saham mayoritas (51%) di PT Angkasa Pura Aviasi.
“Saat ini pengelolaan Bandara Internasional Kualanamu dilakukan oleh AP II.”
“Sejalan dengan adanya mitra strategis, pengelolaan selama 25 tahun akan dilakukan oleh AP II dan GMR melalui JVCo, yang 51 persen sahamnya dimiliki AP II.”
“Nantinya, pengelolaan Bandara Internasional Kualanamu akan kembali seluruhnya kepada AP II, setelah masa kerja sama berakhir.”
Demikian jelas Armand, seperti Ngelmu kutip dari Liputan 6, Jumat, 26 November 2021.
Baca Juga:
Ia kembali memastikan, tidak ada penjualan aset atau penjualan saham Bandara Internasional Kualanamu.
Armand menekankan bahwa kepemilikan Bandara Internasional Kualanamu–beserta asetnya–100 persen tetap milik AP II.
“JVCo hanya akan menyewa aset kepada AP II, untuk dikelola selama 25 Tahun.”
“Setelah periode kerja sama berakhir, JVCo tidak berhak lagi mengelola Bandara Internasional Kualanamu.”
“Dan semua aset hasil pengembangan, akan dikembalikan kepada AP II.”
“Kemitraan, dapat dianggap seperti perjanjian sewa menyewa dengan para tenant di terminal Bandara,” kata Armand.
“Tujuan dari kemitraan strategis ini adalah mengakselerasi 3E [Expansion the traffic (memperluas penerbangan), Equity partnership (menambah permodalan), dan Expertise sharing (berbagi teknologi dan keahlian)]. Sehingga daya saing Bandara Internasional Kualanamu, dapat lebih cepat ditingkatkan.”
Sementara Expansion the traffic, kata Armand, mengungkapkan Bandara Internasional Kualanamu, akan menjadi hub penerbangan internasional.
Khususnya di wilayah barat, yang akan mendatangkan banyak penerbangan–dari luar ke dalam negeri, dan sebaliknya.
Sebagai informasi, GMR Airports Consortium–yang sebagian sahamnya juga dimiliki AĆ©roports de Paris Group (ADP) asal Prancis–termasuk jaringan operator bandara dengan total penumpang terbanyak di dunia.
“Pada tahun 2020, jumlah pergerakan penumpang pesawat di Bandara Internasional Kualanamu, sekitar 3.000.000 penumpang per tahun.”
“Melalui kemitraan strategis AP II dan GMR Airports Consortium, JVco menargetkan jumlah pergerakan penumpang.”
“Menjadi sekitar 54 juta penumpang per tahun, di akhir kerja sama kemitraan,” jelas Armand.