Wahai yang tiba di Usia 40. Usia ini adalah usia penentuan, ingin berpacu dalam kebaikan penuh manfaat secara eksponensial sampai ajal tiba atau sebaliknya, sibuk berpacu pada mengambil sebanyak banyak yang bisa diambil dari dunia sebagai ambisi prestise kebanggaan semu sampai mati.
Hidup hanya sekali bukan? Maka fokuslah pada memberi manfaat yang besar, karena manfaat itulah ukuran kemuliaan dan ukuran kehinaan. Ada yang merasa dimuliakan Allah karena diberi kemuliaan dan kenikmatan hidup, dan ada yang merasa dihinakan ketika rezqinya disempitkan. Oh no, sama sekali bukan begitu, ukuran kemuliaan dan kehinaan adalah seberapa besar memberikan manfaat bagi dunia. (QS Alfajr 15-18)
Dengan banyak menebar rahmat dan manfaat di dunia itulah kita berharap Allah ridha dan jiwa kita juga ridha, lalu Allah nyatakan kita dimasukkan ke dalam golongan HambaNya karena dianggap telah berhasil mencapai maksud penciptaan selama di dunia untuk beribadah. Tidak mungkin kita bisa mengatakan kita hamba Allah jika tiada manfaat yang kita berikan di dunia. Kita dihadirkan di dunia itu agar nyata bagi Allah siapa yang paling baik amalnya, “linabluwakum ayyukum ahsanu ‘amala”. Dan syurga adalah tempat bagi mereka yang pahala amal manfaatnya paling banyak.
Mereka yang banyak memberi manfaat dan tidak banyak mengambil alias tidak rakus itulah yang tenang jiwanya yang kemudian diundang ke SyurgaNya. Ketenangan jiwa (nafsul muthmainnah) inilah jiwa yang sudah tak lagi berambisi dunia, ia telah menemukan makna kehidupan sejatinya, yaitu banyak menebar rahmat bagi semesta dan memberi manfaat dalam bentuk kabar gembira (karya solutif) dan peringatan (problem warning) atau bashiro wa nadziro. Muthmainah adalah the truth of happiness, kebahagiaan sejati.
Peran Sejati
Kemudian pertanyaannya adalah dengan apa kita mampu memberi manfaat sebesar besarnya bagi dunia selama kita hidup di dunia? Jawabannya adalah dengan peran peran sejati kita yang merupakan panggilan hidup kita. Orang yang fokus menjalani peran spesifiknya yang merupakan panggilan hidupnya, sudah pasti akan banyak menebar rahmat dan manfaat. Sebaliknya, mereka yang tak jelas dan tak fokus pada peran sejatinya di dunia sudah pasti sangat sedikit menebar manfaat bahkan jiwanya tak bahagia.
Temukanlah peran peran spesifik kita dalam fitrah fitrah yang Allah telah karuniakan sejak lahir. Tidak selalu mudah menemukannya, tetapi galilah dan harus terus diupayakan dengan sepenuh jiwa karena itulah jalan menuju syurga, jalan menuju kebahagiaan sejati, jalan menuju ketenangan dn kedamaian jiwa, jalan untuk meperoleh pahala manfaat sebesar besarnya.
Tajamkan mata nurani sehingga bisa melihat apa yang tak nampak, tajamkanlah telinga nurani sehingga bisa mendengarkan apa yang tak terdengar, tajamkanlah hati nurani sehingga mampu menyerap rasa apa tak bisa dirasa begitu saja. Dan karenanya Allah akan penuhi neraka jahannam dengan mereka yang tak mengunakan mata, telinga dan hati dengan sungguh sungguh, karena mereka hidup tak beda dengan bintang ternak yang hanya untuk kesenangan dirinya semata bahkan mereka lebih buruk dari binatang ternak, karena kerakusannya.
Semoga Allah SWT menolong kita menemukan takdir peran peradaban kita, memberikan kita kekuatan dan kesempatan membangkitkan dan menumbuhkan kembali fitrah fitrah kita yang telah layu, menurunkan keberanian untuk menyambut panggilan jiwa atas fitrah fitrah itu. Sesungguhnya Allah tidak akan memanggil mereka yang mampu, tetapi memampukan mereka yang terpanggil.
Semoga sisa hidup kita adalah pacuan eksponensial amal amal yang penuh manfaat menjelang finish karena peran peran sejati yang kita jalani dengan penuh keridhaan, ketenangan dan kebahagiaan.
Harry Santosa