Ngelmu.co – Forum Masyarakat Peduli Parlemen Indonesia (Formappi), mengkritik sikap Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP).
Pasalnya, setelah mengakui bahwa anggotanya, yakni Harvey Malaihollo, menonton video porno saat rapat, F-PDIP tampak seperti ‘membentengi’ kesalahan tersebut.
“Klarifikasi PDIP atas aksi anggotanya yang kedapatan menonton konten tidak senonoh di ruang sidang DPR, tentu saja perlu diapresiasi.”
“Apresiasi, karena PDIP mau jujur, mengakui bahwa anggota mereka-lah yang sedang heboh dibicarakan publik, terkait aksinya menonton konten tidak senonoh di ruangan sidang.”
Demikian kata peneliti Formappi Lucius Karus, Selasa (12/4/2022), seperti Ngelmu kutip dari Detik.
@ngelmuco Bagaimana tanggapan #PDIP usai #HarveyMalaihollo terekam nonton porno saat #rapat #DPR ♬ Sesal – Harvey Malaihollo
Namun, menurut Lucius, hanya klarifikasi itulah yang dapat diapresiasi dari F-PDIP.
Pasalnya, penjelasan pihak partai soal ‘jebakan dan refleks’, hanya terkesan seperti membentengi kesalahan Harvey; sebagai kadernya.
“Alasan-alasan yang disampaikan, hanya ingin menegaskan peran fraksi di DPR, yang lebih menjadi sebagai benteng bagi anggota.”
“Pun ketika ada dugaan melakukan kesalahan. Fraksi yang diharapkan menjadi pengawas anggota, justru menjadi tameng ketika anggota ketahuan melakukan kesalahan.”
Itu mengapa Lucius, menyayangkan reaksi F-PDIP, alih-alih memberi peringatan, justru terkesan membuka peluang anggota melanggar aturan serta etika.
Ia mengkritik fraksi yang hanya berperan sebagai tempat berlindung anggotanya dari cemoohan publik.
“Peran fraksi seperti itu memang membuka peluang bagi anggota untuk melanggar aturan maupun etika.”
“Tidak ada kuasa menakutkan bagi anggota, ketika fraksi selalu menjadi tempat berlindung, ketika [anggota] sedang dijadikan sasaran cemooh publik atas perilakunya.”
“Tidak hanya untuk urusan etis terkait aksi menonton konten porno,” kata Lucius.
“Bahkan saat seorang anggota fraksi diduga melakukan korupsi, fraksi juga dengan sigap memunculkan pembelaan,” sentilnya lagi.
Baca Juga:
Lebih lanjut, Lucius juga berpendapat, fraksi di DPR RI, seharusnya tidak perlu ada.
Sebab, selain menjadi tempat berlindung para anggota, fraksi juga malah bikin publik makin sulit untuk melihat adanya orang baik di DPR.
“Pembelaan fraksi atas anggotanya yang diduga melakukan pelanggaran etik, hanya makin membuat wajah parlemen bertambah tidak berwibawa.”
“Sudah jelas di mata publik kesalahan yang dilakukan, bagaimana bisa, fraksi justru melawan apa yang jelas-jelas terlihat?”
“Ini yang membuat publik sulit untuk melihat adanya orang baik di DPR, ketika untuk sesuatu yang dianggap salah, mereka justru tampak kompak dan solider.”
Lucius menyayangkan hal ini, karena sebenarnya, menurutnya, persoalan menonton porno dapat selesai jika F-PDIP, meminta maaf.
“Mestinya, selain mengakui keterlibatan anggotanya, fraksi bisa saja menegur anggota sambil meminta maaf kepada publik.”
“Bukan malah membela anggota dan menyalahkan orang lain yang sengaja mau menjebak,” tegas Lucius.
“Anggota DPR dipilih untuk bekerja, membicarakan kepentingan rakyat saat rapat.”
“Atas alasan itu, anggota yang tidur, anggota yang sibuk sendiri, anggota yang asyik menonton video, tidak bisa dibenarkan.”
“Apalagi tontonan mesum,” tutup Lucius, tegas.
Baca Juga:
Sebelumnya, Sekretaris Fraksi PDIP DPR Bambang Wuryanto alias Bambang Pacul, menduga kemungkinan adanya kerja sama untuk membunuh karakter Harvey.
“Character assassination. Saya ‘kan juga dibegituin. Siapa pun anggota, bisa dibegituin, karena kami adalah high profile, pejabat tinggi negara. High profile,” sebutnya.
Selengkapnya, baca di: