Ngelmu.co – Bukan mudah bagi Greysia Polii dan Apriyani Rahayu, untuk bisa berdiri pada podium tertinggi di Olimpiade Tokyo 2020.
Kedua atlet bulu tangkis ini melewati berbagai rintangan, sebelum akhirnya menjadi pasangan ganda putri terbaik Indonesia.
Keberhasilan mereka juga tak lepas dari pengorbanan serta dukungan orang tua masing-masing.
Greysia Polii (Greys)
Mengutip ulasan penulis buku ‘Pesta, Bola, dan Cerveja’, Mohammad Ilham, sebelum memiliki raket yang layak, Greys, biasa bermain dengan ‘kayu’.
Raket bekas dan kayu, lebih tepatnya.
Sebelum usia sekolah, Greys yang lahir di Jakarta, tetapi besar di Manado, Sulawesi Utara ini, sudah tertarik dengan bulu tangkis.
Pasalnya, anak-anak di sana memang gemar memainkan olah raga satu ini.
Meskipun Greys, harus menggunakan raket kayu, atau bahkan triplek–saat belum punya raket–ketertarikannya, tidak patah.
Sampai akhirnya, sang ibu memutuskan untuk menjual bajunya, agar bisa membelikan raket untuk Greys.
Olimpiade Tokyo 2020 merupakan Olimpiade ketiga bagi Greys.
Pada Olimpiade London 2012, Greys, masih berpasangan dengan Meiliana Jauhari.
Mereka gagal melaju, karena dianggap sengaja mengalah saat berhadapan dengan Ha Jung Eun/Kim Min Jung di fase grup.
Greys dan Meiliana, dinilai melakukan hal tersebut agar tidak bertemu dengan ganda putri Cina, Wang Xiaoli/Yu Yang di perempat final.
Akibatnya, mereka didiskualifikasi dari Olimpiade London 2012. Begitu juga tiga pasangan lainnya:
- Wang Xiaoli/Yu Yang;
- Kim Ha Na/Jung Kyung Eun; dan
- Ha Jung Eun/Kim Min Jung.
Namun, apakah wanita kelahiran 11 Agustus 1987 ini berhenti mengejar cita? Tidak.
Ia, kembali berhasil lolos Olimpiade Rio de Janeiro 2016, bersama Nitya Krishinda Maheswari.
Meskipun perjuangan mereka harus terhenti di babak perempat final, tetapi Greys, tetap bangga, karena kali ini ia kalah terhormat.