Olimpiade London 2012, menjadi titik terendah dalam hidup saya, merupakan hal yang terburuk yang pernah saya alami.
Didiskualifikasi dari event terbesar dunia (Olimpiade), membuat saya ingin menyerah.
Merasa tak berguna, dan tidak tau apa yang harus saya lakukan terhadap hidup saya.
Keinginan untuk berhenti berkarier di bulu tangkis, menjadi satu-satunya pilihan saya waktu itu.
Tetapi itu tidak pernah terjadi, sampai saya memutuskan untuk mencoba kembali, sekali lagi, dan berharap untuk bisa lanjut sampai Olimpiade Rio 2016.
Empat tahun telah dilewati, banyak hal yang saya lalui, sebelum saya benar-benar berada di Olimpiade Rio 2016, untuk sekali lagi.
Sebelum saya berangkat ke Rio, saya berjanji pada diri saya, untuk menghilangkan rasa trauma, dan menikmati setiap detik momen pertandingan Olimpiade.
Dan tentu keinginan saya untuk bisa menang kali ini, tapi keinginan dan realita, tidak sesuai dengan apa yang saya harapkan.
Sedih dan kecewa. Kekalahan di quater final [perempat final] membuat saya sadar, bahwa di Olimpiade kali ini, saya kalah terhormat.
Dan saya menerima kekalahan itu dengan lapang dada.
Saya sangat bersyukur, empat tahun lalu, saya tidak jadi memutuskan untuk berhenti bermain, dan tidak menyerah setiap hari untuk menjalani semua proses yang ada.
Kelelahan itu pasti, karena di balik semua kesuksesan, ada proses yang panjang, dan menguras hati, tenaga, pikiran, harus kita jalani.
Bagaimanapun, saya tidak tahu akan terjadi apa di kehidupan selanjutnya, tapi satu hal yang pasti, bahwa saya selalu mengejar untuk memperbaiki diri saya.
Menjadi lebih baik setiap hari, dan selalu berusaha untuk melakukan yang terbaik, selama saya masih diberikan kesempatan dalam menjalani kehidupan ini.
Greys, hampir memutuskan untuk gantung raket, lantaran pasangannya, Nitya, pensiun karena cedera.
Sampai akhirnya pada 2017, ia dipertemukan dengan anak baru, berumur 10 tahun lebih muda.
Atlet wanita kebanggan Indonesia lainnya, yang menemani Greys, berdiri di podium tertinggi Olimpiade Tokyo 2020.
Apriyani Rahayu (Apri)
Bagaimana dengan kisah Apri? Ia yang lahir di Konawe, Sulawesi Utara, 29 April 1998, juga tumbuh di sana.