Ketika belum lancar bicara, Apri, sudah asyik bermain bulu tangkis, menggunakan raket bekas ibunya.
Raket yang tak jarang kondisi senarnya sudah putus. Ayah Apri-lah yang berupaya membenahi kembali untuk anak bungsunya.
Sang ibu memang aktif mewakili kantornya untuk lomba bulu tangkis.
Kisah lainnya adalah ketika ayahnya, membuatkan lapangan sederhana di halaman rumah mereka di Konawe, agar Apri, dapat berlatih.
Sama-sama dari Sulawesi, Greys dan Apri, paham benar bagaimana minimnya fasilitas di daerah.
“Tapi berlian, meski dalam lumpur, tetap bersinar,” kata Ilham.
Dari Kabupaten Konawe, Siti Jauhar–almarhumah ibu Apri–rela berjualan sayur, demi membelikan raket dan kok yang layak untuk bungsunya.
Begitu kata editor olahraga Jawa Pos, Ainur Rohman. “Supaya anak bungsunya bisa ikut kejuaraan, Ibu Siti, sampai menggadaikan perhiasan dan meminjam uang.”
Apri kembali menggambarkan betapa sayangnya ia pada sang ibu.
Ketika Siti, mengembuskan napas terakhir, Apri masih berusia 16 tahun, dan sedang berlaga pada satu kejuaraan junior, di Lima, Peru.
Mendengar kabar ibunya meninggal, Apri, keluar lapangan sebentar, sebelum akhirnya kembali, dan bertarung habis-habisan, sekaligus memenangkan pertandingan.
Saat itu, Apri bermain di ganda campuran, berpasangan dengan Fachriza Abimanyu. Meskipun mereka harus terhenti di semifinal.
Pada 2013, Icuk Sugiarto, memasukkan Apri ke Pelita Jaya Bakrie, sebelum akhirnya, Apri pindah ke PB Jaya Raya.
Raih Emas di Olimpiade
Perjuangan panjang yang pasti melelahkan mereka, berbuah manis. Greys/Apri, berhasil membawa pulang medali emas untuk Indonesia.
Sejak Olimpiade Tokyo 2020 berlangsung, 23 Juli 2021 lalu, akhirnya, Senin (2/8) kemarin, atlet Indonesia, berhasil berdiri di podium tertinggi.
Greys/Apri sukses mengalahkan ganda putri Cina, Chen Qingchen/Jia Yifan, dengan dua gim langsung [21-19 dan 21-15] di Musashino Forest Sport Plaza, Tokyo, Senin (2/8) sore waktu setempat.
Sebelumnya, saat berhasil menang dari ganda putri Cina lainnya, yakni Du Yue/Li Yinhui [21-15, 20-22, dan 21-17], Greys/Apri, telah mencetak sejarah.
Sebab, keduanya merupakan ganda putri pertama asal Indonesia yang berhasil melaju ke babak semi final di ajang Olimpiade.
Terhitung sejak pertama kali bulu tangkis dipertandingkan di kancah tersebut.
Tak ingin perjuangan mereka terhenti, Greys/Apri, melanjutkan cetakan sejarah dengan menjadi ganda putri Indonesia pertama yang berhasil menembus final.
Momen ini juga menjadi prestasi bagi mereka, karena untuk pertama kalinya berhasil lolos final ‘Major Event’.
“Saya rasa, Olimpiade London, memberi saya pelajaran untuk tidak pernah menyerah pada mimpi.”
Begitu kata Greys, yang bersama Apri, berhasil menang dari ganda putri Korea Selatan Lee So Hee/Shin Seung Chan [21-19 dan 21-17].
“Saya tahu, saya tidak hanya mengatakannya, melainkan juga mengamalkannya setiap hari,” sambungnya.
“Saya hanya melewati hari demi hari, ini merupakan bonus dari Tuhan, bahwa saya bisa berada di sini, dan mencapai final Olimpiade di tahun 2021, saya tidak muda lagi.”
Greys/Apri, memberi medali keempat untuk Indonesia–emas pertama–dari Olimpiade Tokyo 2020.
Tidak sampai di situ, Greys, juga mencetak sejarah lain, lantaran merebut rekor dari pebulu tangkis asal Cina, Zhang Ning.
Sebelumnya, Zhang Ning, menjadi pebulu tangkis putri tertua yang berhasil meraih medali di Olimpiade Beijing 2008 (33 tahun 89 hari).
Namun, kini, rekor itu ada di tangan Greys, karena berhasil meraih emas di usia 33 tahun 356 hari.
Peran Pelatih
Keberhasilan atlet, tak lepas dari peran para pelatihnya. Begitu juga GreysAp, yang nampak haru di pelukan Eng Hian.
Pelatih yang juga mengantarkan ganda putri ini menjuarai Daihatsu Indonesia Masters 2020.
Saat itu, rekan media pun bertanya kepada Eng Hian.
“Jika Greys, memutuskan gantung raket, apakah Coach, sudah punya calon pengganti pasangan Apri?”
Eng Hian, mengatakan, “Saya belum bisa melihat siapa yang cocok dipasangkan dengan Apri.”
Berikut tanya jawab, selengkapnya: