Ngelmu.co – Pemerintahan Presiden ke-45 Amerika Serikat (AS), Donald Trump, menyebut Indonesia, sebenarnya merupakan negara selanjutnya yang akan ‘diajak’ normalisasi hubungan dengan Israel [bersama negara di Afrika, Mauritania].
Sebagaimana laporan ekslusif Times of Israel, dengan dua pejabat AS, Selasa (19/1) kemarin.
Hal ini tidak bisa berlanjut karena habisnya masa jabatan Trump, setelah Joe Biden, resmi memenangkan Pilpres pada November 2020 lalu.
Menurut para pejabat itu, cerita akan berbeda jika ada waktu satu hingga dua bulan.
Trump, lanjut mereka, pasti sudah memasukkan kedua negara [Indonesia dan Mauritania] dalam perjanjian Abraham Accords.
Perjanjian yang menjadi simbol normalisasi hubungan Israel dengan sejumlah negara Muslim [seperti Uni Emirat Arab, Sudan, Bahrain, dan Maroko].
“Dengan populasi lebih dari 270 juta, Indonesia adalah negara Muslim terbesar di dunia.”
“Itu memberinya ‘kepentingan simbolis ekstra’ bagi pemerintahan Trump, yang menyatakan bahwa konflik Israel-Palestina, tidak perlu menjadi penghalang bagi perdamaian antara negara Yahudi dengan dunia Muslim dan Arab.”
Baca Juga: Akankah RI Jalin Hubungan dengan Israel Usai AS Mengiming-iming Bantuan Miliaran Dolar?
Mauritania sendiri menjadi anggota ketiga Liga Arab yang pernah menjalin hubungan diplomatik penuh dengan Israel [1999].
Namun, 10 tahun kemudian, memutuskan hubungan dengan latar belakang perang Gaza 2008-2009.
Setelah UEA menyetujui normalisasi hubungan dengan Israel [Agustus 2020], Kementerian Luar Negeri Mauritania, mengeluarkan pernyataan.
Pihaknya menawarkan dukungan hangat untuk kesepakatan itu, “Kebijaksanaan dan penilaian yang baik.”
Mauritania juga memiliki hubungan dekat dengan Maroko [yang juga pernah menjalin hubungan dengan Israel pada 1990-an].
Tetapi Maroko juga memutuskan hubungan mereka, beberapa tahun kemudian.
Bukan hanya Indonesia dan Mauritana, upaya juga sempat mengarah kepada Oman dan Arab Saudi.
Namun, pembicaraan berlangsung sangat alot dengan Arab Saudi.
Meski demikian, pejabat ini mengungkap adanya kemungkinan pembicaraan normalisasi berlanjut di masa Biden.
Sebab sebelumnya, Biden, juga sempat menyatakan dukungannya terhadap Abraham Accords.
Suara yang ia sampaikan selama kampanye, ditambah penegasan dari calon menteri luar negerinya, Tony Blinken.
“Saya berharap, pemerintahan Biden, memanfaatkan ini… karena ini baik untuk semua orang,” ujarnya.
“Perdamaian bukanlah cita-cita Republik atau cita-cita Demokrat,” sambung Blinken.
Sementara pengamat menilai, kemungkinan ini tidak akan menjadi prioritas.
Pasalnya, Biden, dipastikan akan lebih fokus ke penanganan COVID-1 di AS, serta dampaknya terhadap ekonomi.
Indonesia dan Israel memang tidak memiliki hubungan diplomatik secara formal.
Namun, ada kerja sama dalam perdagangan serta pariwisata. Pada 1970-an dan 1980-an, Indonesia juga membeli senjata dari Israel. Tentara RI, juga sempat berlatih di sana.
Sebelumnya, Kementerian Luar Negeri RI, telah membantah adanya pembicaraan soal normalisasi hubungan ini dengan AS.
Media AS, Bloomberg, pada Desember 2020, mengutip pernyataan Chief Executive Officer (CEO) United States International Development Finance Corporation (IDFC) Adam S Boehler.
Trump, ujarnya, rela menyiapkan pembiayaan tambahan jika Indonesia bersedia normalisasi hubungan dengan Israel.
Bahkan, dapat melipatgandakan portofolio US$ 1 miliar saat ini.
“Kami sedang membicarakannya dengan mereka,” kata Boehler.
“Jika mereka siap, maka kami akan dengan senang hati, bahkan mendukung lebih secara finansial daripada yang kami lakukan,” tegasnya.