Ngelmu.co – Pemilik warung di Jl Veteran, Cilembang, Tasikmalaya, Jawa Barat, mengaku menggunakan kandungan babi untuk tiap porsi bakso yang ia jual.
Pengakuan ini menyusul kecurigaan yang muncul, serta upaya klarifikasi pihak Satpol PP Kota Tasikmalaya terhadap pemilik warung.
“Kalau baksonya, murni bakso sapi, tidak ada unsur babinya,” tutur Kepala Bidang Penegakan Perundang-undangan Satpol PP Kota Tasikmalaya Dedi Tarhedi.
“Namun, ketika disajikan, bakso tersebut memakai topping yang mengandung babi,” sambungnya, seperti Ngelmu kutip dari Republika, Rabu (5/1/2022).
“Minyaknya juga ada unsur babi. Pemiliknya mengaku sendiri,” jelas Dedi.
Lebih lanjut, Satpol PP Kota Tasikmalaya pun meminta agar pemilik warung bakso tersebut memasang pengumuman.
Agar para pembeli mengetahui jika terdapat kandungan babi dalam satu porsi bakso yang ia jual.
Sebelumnya, warung bakso tersebut memang sama sekali tidak memasang pemberitahuan terkait hal ini.
“Agar warga tidak merasa tertipu, kami menyarankan pemilik memasang peringatan,” kata Dedi.
“[Pemberitahuan] Kalau bahan topping bakso itu mengandung babi,” imbuhnya.
“Kami minta, pengumuman itu ditempel di dalam tempat makannya, bahkan di luar, sebelum masuk,” lanjutnya lagi.
Pemilik warung, kata Dedi, juga telah menyetujui pemasangan papan pengumuman terdapat kandungan babi dalam tiap porsi yang dijual.
Pemilik juga meminta maaf, karena selama ini tidak berlaku demikian.
Sementara Satpol PP Kota Tasikmalaya, tidak melakukan penutupan terhadap warung tersebut.
Namun, pihaknya akan melakukan pengawasan ke depan, untuk memastikan pemilik benar-benar memasang papan pengumuman.
Baca Juga:
Dedi juga bilang, warung bakso itu sebenarnya sudah beroperasi selama puluhan tahun, dan menjadi salah satu yang tertua di Tasikmalaya.
Ia sekaligus mengimbau para penjual bakso di Tasikmalaya, agar lebih jujur dan terbuka soal bahan-bahan yang mereka pakai.
“Kalau ada seorang muslim yang jajan di sana tidak tahu, ‘kan kasihan,” kata Dedi.
“Meski daging bakso tidak mengandung babi, ‘kan itu kemungkinan tercampur ke unsur lainnya,” sambungnya.
“Apalagi, orang Tasik itu ‘kan sama bakso sangat familier. Kalau tidak begitu [terbuka], kasihan masyarakat,” imbuhnya lagi.
“Warung bakso lain juga bisa terkena dampaknya,” pungkas Dedi.
Berdasarkan pantauan ke lokasi, pada Senin (3/1/2022) sore, warung yang dimaksud, sudah tutup.
Pada mesin pencarian Google, jadwal yang tertera untuk tiap harinya memang warung bakso itu hanya beroperasi sampai pukul 14.00 WIB.
Terpisah, mengutip Merdeka, Kang Wie selaku pemilik warung bakso mengaku, bahwa tidak tahu.
Jika ketika menjual makanan yang mengandung unsur babi, ia harus menyertakan label non halal.
“Memang selama ini pakai babi, tapi karena kurang paham, selama ini tidak pasang label,” akuan Kang Wie.
“Kalau aturannya harus pakai label [tidak halal], tidak apa-apa [dipasang],” sebutnya.