Halo-halo Bandung merupakan sebuah lagu perjuangan bangsa Indonesia terutama rakyat bandung, yang menggambarkan semangat juang saat memperjuangkan kemerdekaan. Perjuangan rakyat tersebut kemudian dikenal dengan nama Peristiwa Bandung Lautan Api. Kini lagu tersebut bukan hanya dihafal oleh warga Bandung saja, namun sudah menjadi lagu wajib nasional. Liriknya mudah dihafal, juga dialiri dengan nada menghentak yang menggelorakan semangat, yang membuatnya menjadi cukup populer dan enak dilantunkan.
Tetapi ada polemik yang masih belum selesai hingga kini, mengenai pencipta Halo halo Bandung. Perdebatan tentang pencipta lagu Halo-halo Bandung sudah lama terjadi. Sejumlah kalangan meyakini lagu “Halo-Halo Bandung” adalah hasil karya komponis legendaris Indonesia, Ismail Marzuki. Namun ada sebagian orang lainnya yang menyangsikan keniscayaan itu, tentu saja dengan berbagai argumen dan teori yang diajukan.
Ada beberapa alasan yang mendukung keyakinan tersebut. Yang utama tentu saja karena Ismail Marzuki adalah seorang komponis yang memang sudah menciptakan banyak lagu nasional. Ia masih berusia produktif saat peristiwa Bandung Lautan Api terjadi. Bahkan, dalam setahun pada 1939, seniman-pejuang asli Betawi kelahiran 5 November 1914 ini mampu menghasilkan 8 buah lagu.
Ismail Marzuki juga pernah bermukim di kota kembang, ini alasan yang menguatkan lagi. Ismail Marzuki juga menikahi perempuan Bandung bernama Eulis Andjung Zuraidah. Ismail Marzuki dan istri sempat tinggal di Bandung selatan yang pada akhirnya terpaksa dibumihanguskan oleh tentara republik sebelum dijamah Sekutu dan Belanda. Ia dan istri turut mengungsi pula kala itu.
Baca Juga : Jangan Remehkan Kekuatan Militer Indonesia
Dari situ dapat disimpulkan bahwa Ismail Marzuki adalah saksi mata ketika peristiwa Bandung Lautan Api terjadi. Besar kemungkinan itu menjadi inspirasinya untuk menulis lagu tentang insiden bersejarah tersebut, meskipun belum ditemukan bukti kuat. Ismail Marzuki adalah pencipta “Halo-Halo Bandung.” Cukup banyak tembang ciptaannya yang menyinggung kota kembang, sebut saja “Bandung Selatan di Waktu Malam”, “Lenggang Bandung”, “Saputangan dari Bandung Selatan”, atau “Panon Hideung” yang liriknya ditulis dalam bahasa Sunda.
Namun, Keraguan terhadap Ismail Marzuki sebagai pencipta “Halo-Halo Bandung” mulai mengemuka ketika Pestaraja Marpaung memberikan kesaksiannya. Veteran asal Medan yang akrab disapa Bang Maung ini adalah salah seorang pejuang yang terlibat langsung dalam peristiwa Bandung Lautan Api.
Di dalam buku Saya Pilih Mengungsi: Pengorbanan Rakyat Bandung untuk Kedaulatan yang ditulis Ratnayu Sitaresmi, Pestaraja HS Marpaung menyebutkan bahwa polemik itu mulai terjadi pada 1995. Pestaraja Marpaung adalah salah seorang pejuang yang pernah tergabung ke dalam Pasukan Istimewa (PI) Indonesia yang terlibat langsung dalam peristiwa Bandung Lautan Api.
Dalam buku berjudul Saya Pilih Mengungsi: Pengorbanan Rakyat Bandung untuk Kedaulatan (Ratnayu Sitaresmi, dkk., 2002), Bang Maung mengungkapkan bahwa lagu “Halo-Halo Bandung” bukan diciptakan khusus oleh seseorang, melainkan tersusun secara spontan oleh para pejuang republik di Ciparay, Bandung Selatan, tanpa melihat asal usul suku bangsa, yang berperan langsung dalam peristiwa Bandung Lautan Api saat itu.
Terselip sebuah informasi dalam buku berjudul ‘Saya Piih Mengungsi’, Pestaraja Marpaung, menyebutkan jika lagu tersebut bukanlah hasil ciptaan perseorangan, Itu dikuatkan dengan pemakaian kata “Halo!” di awal lagu yang merupakan sapaan khas pemuda Medan, Sumatera Utara, dan juga adanya penggunaan kata “beta”, bahasa daerah Ambon, Maluku, yang berarti “saya”. Jika lagu itu bukan tercipta secara spontan, mengapa tidak memakai kata ganti orang pertama dan kedua yang lebih umum?
Seperti yang ditulis di buku tersebut, Bang Maung berucap, “Sesudah Halo-Halo Bandung, datang orang Ambonnya. Sudah lama beta tidak bertemu dengan kau! Karena itu, ada beta di situ. Bagaimana kata itu bisa masuk kalau tidak ada dia (orang Ambon) di situ?”
“Itulah para pejuang yang menciptakannya. Tidak ada itu yang menciptakan. Kita sama-sama saja main-main begini. Jadi, kalau dikatakan siapa pencipta (Halo-Halo) Bandung? Para pejuang Bandung Selatan!”
Seorang komponis senior Indonesia, AT Mahmud, juga membenarkan tentang adanya polemik tersebut. Menurutnya, lagu tersebut seharusnya NN (No Name) atau pencipta tidak diketahui. Ia pun tidak tahu soal awal mula lagu Halo-halo Bandung tertulis nama Ismail Marzuki sebagai penciptanya.
Coba bandingkan dengan lagu “Halo-Halo Bandung” yang karakternya sangat berbeda dengan lagu-lagu ciptaan Ismail Marzuki lainnya. Lagu mars ini memacu gairah, menambah semangat, menghentak dengan ritme cepat, bahkan sanggup memantik suasana menjadi lebih heroik.
Hardani, seorang akademisi musik dari Institut Seni Indonesia (ISI), melalui tulisan berjudul “Ismail Marzuki: Komponis Lagu-lagu Perjuangan” juga sepakat bahwa dari lagu-lagu ciptaannya, Ismail Marzuki bukan hanya seorang penulis dan pencipta lagu yang penuh dengan emosi, tapi juga penuh dengan gaya romantik (Jurnal Harmonia Volume VII, Nomor 3, September-Desember 2006).
Lantas, jika Ismail Marzuki diragukan, siapa pencipta “Halo-Halo Bandung” yang sebenarnya? Apakah memang seperti yang sudah dituturkan oleh Pestaraja Marpaung alias Bang Maung bahwa lagu itu tercipta begitu saja yang bermula dari obrolan para pejuang?
Namun, dibalik polemik tersebut, Lagu Halo-halo Bandung kini sudah menjadi lagu nasional yang mampu membangkitkan semangat orang-orang yang mendengarkannya, terutama bagi warga Bandung. “Halo-Halo Bandung” adalah lagu pengingat peristiwa Bandung Lautan Api yang terjadi pada 23-24 Maret 1946 silam.