Berita  

Penyebab Rugi Bersih Kimia Farma Capai Rp1,8 Triliun di 2023

Rugi Bersih Kimia Farma

Ngelmu.co – PT Kimia Farma (Persero) Tbk (KAEF), membukukan rugi bersih sepanjang tahun 2023, sebesar Rp1,8 triliun.

Penyebabnya tidak cuma satu, tetapi mulai dari masalah operasional, hingga dugaan fraud yang dilakukan anak usaha.

Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko KAEF, Lina Sari, buka suara.

Ia mengatakan, perusahaan masih mencatatkan pertumbuhan penjualan di tahun 2023–sekitar 7,93 persen–dibandingkan tahun sebelumnya; menjadi Rp9,96 triliun.

Selain itu, meskipun kondisi pasar farmasi nasional yang tertekan pada 2023, Kimia Farma bisa menurunkan kewajiban [liabilitas] sebesar 5 persen; dibandingkan 2022.

“Jadi, secara garis besar, salah satu penyebab kerugian ini disebabkan adanya masalah operasional,” kata Lina saat public expose RUPST 2023, Selasa (25/6/2024).

Ia menjelaskan, masalah operasional disebabkan kurangnya efisiensi pabrik, yakni kapasitas yang terlampau besar, sementara utilisasi sangat rendah [di bawah 40 persen].

Kedua, penyebab kerugian adalah komposisi produk KAEF pada 2023 yang didominasi produk dengan margin rendah.

Lalu, faktor lainnya adalah KAEF, melakukan impairment terhadap persediaan dan utang di tahun 2023.

“Penyebab lainnya adalah dugaan integritas penyediaan data di Kimia Farma Apotek.”

“Terkait hal ini, belum bisa elaborasi lebih jelas, karena memang masih dalam tahap evaluasi oleh konsultan,” kata Lina.

Ia mengakui, KAEF, baru pertama kali merasakan kerugian di tahun 2023.

Baca juga:

Lina pun berharap, perseroan melakukan perbaikan di tahun 2024, sehingga keadaan bisa kembali untung.

Beberapa upaya yang akan dilakukan adalah dengan fokus pada produk bermargin tinggi.

Targetnya, terdapat peningkatan layanan pemenuhan pesanan hingga 85 persen, peningkatan portofolio bermargin tinggi, dan alat kesehatan.

Lalu, melakukan rasionalisasi fasilitas produksi alias menutup setidaknya 5 dari 10 pabrik yang dimiliki KAEF Group untuk peningkatan utilitas pabrik menjadi di atas 40 persen dan efisiensi.

“Ada juga masalah finansial keuangan yang cukup besar, kami juga restrukturisasi keuangan yang dimonitor Kemenkeu,” kata Lina.

Adapun rencana transformasi perseroan untuk penguatan operasional dan peningkatan profitabilitas, dilakukan bersama dengan Project Management Office (PMO) Restrukturisasi Keuangan dan Reorientasi Bisnis yang dibentuk Kementerian BUMN.

Target di 2024

Lina, mengatakan, untuk menopang kinerja di tahun 2024, KAEF akan terus melakukan perbaikan operasional.

Begitu juga dengan pengendalian biaya, penguatan GCG, serta telah mengalokasikan belanja modal [capex] yang dominan untuk pengembangan bisnis Kimia Farma Apotek.

“Anggaran ini, rencananya akan digunakan untuk kegiatan operasional bisnis, perpanjangan sewa, relokasi outlet, dan rebranding.”

“Sedangkan segmen manufaktur, mengalokasi belanja modal yang akan digunakan untuk mendukung operasional pabrik,” jelas Lina.

Dengan alokasi belanja modal dan operasional tersebut, Manajemen KAEF, menargetkan kinerja tahun 2024 akan lebih baik.

KAEF juga menargetkan penjualan tahun 2024 ini tumbuh double digit, dibandingkan dengan realisasi di tahun 2023.

“Kerugian yang besar yang kami dapatkan di 2023, kami masih menargetkan adanya perolehan laba tentunya.”

“Cuma secara persentase, tentunya masih tidak bisa bicara double digit, karena ini masih bergerak angkanya,” jelas Lina.