Ngelmu.co – Partai Solidaritas Indonesia (PSI) selalu bersikap cenderung membela Jokowi. Sikap PSI tersebut dinilai oleh Pengurus Pusat Satuan Relawan Indonesia Raya (PP Satria) sebagai bentuk oportunis.
Adapun bentuk sikap oportunis PSI tersebut bertujuan untuk menaikkan popularitas dan elektabilitas PSI jelang Pemilu Legislatif (Pileg) 2019 mendatang.
“Itu mereka kan cari sensasi saja. Biar populer,” kata Ketua Umum PP Satria, Moh. Nizar Zahro seperti yang dikutp dari VIVA, Senin, 2 Maret 2018.
Nizar yang merupakan politikus ini menyinggung sebagai partai yang katanya memprioritaskan anak muda, seharusnya bisa kritis terhadap kondisi sosial ekonomi politik, bukan malah justru membebek ke penguasa. Membebek kepada penguasa bukan merupakan ciri khas anak muda.
“Kalau kita melihat, ciri khas anak muda kan kritis terhadap penguasa. Ciri khas itu tidak terlihat. Malah membebek ke penguasa,” tutur Nizar.
Nizar menceritakan bahwa anak anak muda zaman dahulu sangat kritis terhadap penguasa. Seperti misalnya anak anak muda angakatan 60-an dan 80-an yang sangat kritis terhadap pemerintahan Orde Lama.
“Begitu pula anak-anak muda angkatan 80-an yang sangat kritis terhadap pemerintahan Orde Baru. Nah, PSI ini kan katanya partai anak muda. Anak muda ya harus kritis terhadap penguasa,” kata Ketua DPP Partai Gerindra tersebut.
Diketahui sebelumnya, Partai Solidaritas Indonesia mengecam isi Twitter Fadli Zon, Wakil Ketua DPR dan Wakil Ketua Umum Partai Gerindra yang menyatakan Indonesia membutuhkan pemimpin seperti Vladimir Putin dan bukan pemimpin yang banyak ngutang, dan planga-plongo. Walaupun Fadli Zon tidak secara jelas menyebut nama dalam cuitannya, PSI menilai tweet tersebut secara jelas diarahkan untuk melecehkan Presiden Jokowi.