“Dulu waktu Suharto jatuh, sempat ada lelucon, mahasiswa takut sama dosen, dosen takut sama dekan, dekan takut sama rektor,” cuitnya.
“Rektor takut sama menteri, menteri takut sama presiden, presiden takut sama mahasiswa. Jangan kasih kendor BEM UI,” sambung Bili, menyemangati.
Ekonom senior, Faisal Basri, juga termasuk bagian dari pendukung BEM UI.
“Leon dan kawan-kawan, jangan gentar. Kalian pantas muak dengan keadaan negeri. Tahu ‘kan mengapa rektor takut dengan sikap kalian,” tuturnya.
“BEM UI, sekarang dan sebelumnya, banyak melakukan riset ilmiah, tidak asal ngomong,” jelas Faisal.
“Mereka punya departemen kajian strategis. Di level fakultas juga ada. Hebatnya lagi, di level universitas, pendekatannya lintas ilmu, lintas fakultas.”
“Para dosen ketakutan, karena kalau kritis, dipersulit jadi guru besar,” ungkap Faisal.
Kata Netizen
Sekarang kita bergeser ke pendapat netizen. Ada Septian, Bhaga, hingga Zafira.
Septian membalas cuitan Ade yang telah kami bahas di atas. Nadanya terdengar menyetujui, tetapi?
“Iya, masa sekelas BEM UI, kayak gitu. Harusnya kayak Ade Armando, Denny Siregar, Eko Kunthadi, dan kawan-kawan, dong,” kicau Septian.
“Mereka kritikus yang santun, berahklak, sopan, disegani, tidak pernah menyinggung pihak mana pun,” lanjutnya.
“Otaknya cerdas, genius, tidak pernah menjilat pemerintah, dan indenpenden,” imbuhnya lagi.
Namun, pada cuitan lain, Septian, mengatakan, “Semenjak ada Ade Armando, dan kawa-kawan, orang-orang idi*t bermunculan.”
“Padahal, mengkritisi pemerintah oleh para mahasiswa dan demo, sudah ada biasa dari dulu,” sambungnya.
“Cuma di era sekarang, demo dan kritis dinyinyirin. Padahal, data yang disampaikan fakta. Harusnya balas dengan data, bukan menyerang personal,” tegas Septian.
Penuturan itu merupakan balasan dari cuitan akun @Dascrypto__ONE, yang menyerang BEM UI.
“Wow, apakah hanya begini argumentasi yang bisa disampaikan sekelas BEM UI, lantas mengatakan seorang presiden seperti itu? Shame on you BEM UI,” kicaunya.
“Belajar yang benar,” kata akun Dascrypto One. “Lihat segala sesuatunya dari berbagai sisi, baru kemudian coba untuk sampaikan pendapat.”
Sementara menurut Bhagavad Sambadha, BEM UI melakukan cara ini untuk mengkritik pemerintah, karena, “Kritik baik-baik dicuekin.”
“Ngeledek, dipanggil rektor. Turun ke jalan, digebukin. Memang paling benar jadi Komisaris Telkom,” sindirnya.
“Jangan mau kalau disuruh takedown,” sambung Bhaga, mendukung BEM UI.
Jangan mau kalo disuruh takedown :)) https://t.co/qppHNgTTM7
— Bhagavad Sambadha (@fullmoonfolks) June 27, 2021
Zafira yang menuliskan FISIP UI ’16 pada keterangan laman Twitter-nya, tertawa.