Ngelmu.co – Para pengguna Instagram, beramai-ramai mengomentari unggahan penista kitab suci Al-Qur’an, Rasmus Paludan.
Pasalnya, dua hari setelah membakar Al-Qur’an di Linkoping, Swedia; kota dengan mayoritas penduduk muslim, politikus Denmark itu mengeluh soal kaki.
“Seorang penjahat melempari saya dengan batu, dan memukul kaki saya, saat saya ‘dilindungi’ oleh polisi Swedia di luar Kota Malmö, hari ini [re: Ahad, 17 April 2022].”
“Saya akan dengan senang hati, jika Anda mau menyumbangkan koin $$$ untuk perlindungan kaki dan tambalan. Lalu, saya bisa melanjutkan [aksi].”
Demikian tulis Paludan pada takarir unggahannya, seperti Ngelmu kutip dari akun Instagram-nya, @lawlordofdenmark, Senin (18/4/2022).
Netizen Tertawa
Namun, alih-alih mendapat simpati, Paludan justru menjadi tertawaan.
Pemilik akun @luddes_privata123, salah satunya. Ia bilang, “Itu [kaki Anda] akan segera menjadi bakon.”
“[Anda begitu] Malang, bahkan tidak mampu membeli perban? Saatnya berganti profesi, agar tidak perlu mengemis,” sebut @ve.ummomar.
“Apakah Anda memohon uang? 😂,” sahut @robinayzit, tertawa.
“[Perlakuan itu] Tepat untuk Anda. Anda Kotor, besar, dan menjijikkan 🐷,” tutur @aynisoo.
“[Paludan] Layak mendapatkannya,” timpal @marahattyeh.
“Sayang sekali, Anda mendapatkannya di kaki Anda, bukan di kepala,” ujar @swosa.
Pengguna Instagram, @amirr_127_, mengkritik Paludan, yang mengaku dilempar batu oleh seorang penjahat.
“Anda-lah yang melakukan kejahatan, di mana Anda melakukan hasutan terhadap suatu kelompok etnis,” sentilnya keras.
Ada juga netizen yang mengomentari unggahan Paludan dengan serius.
“Pemerintah Denmark melarang, sementara Swedia, mengizinkannya membakar Al-Qur’an,” tulis @novus.vitas.
“Anda menyebutnya kebebasan berbicara? Saya menyebutnya hasutan terhadap kelompok etnis,” sambungnya.
“[Saya] Harap Anda, mendapatkannya di kepala, dan tidak pernah bangun lagi,” imbuhnya lagi.
Pemilik akun @jayzz91338, juga mengusir Paludan. “Menghilang dari Swedia, negeri saya yang indah!”
“Semoga Anda tidak pernah menginjakkan kaki di negara ini lagi. Anda tidak diterima,” lanjutnya.
“Simpan ideologi dan pikiran bodoh Anda, untuk diri sendiri!” tegasnya lagi.
Simak komentar-komentar lainnya, berikut ini:
@viceviktoria: Anda memilih daerah padat pendatang untuk membakar Al-Qur’an, kitab suci umat Islam?
Tentu saja Anda mendapatkan reaksi atas hal ini. Menciptakan kemarahan dalam diri mereka. Sepenuhnya dapat dimengerti.
Pertanyaan pertama adalah bagaimana otoritas polisi memberi Anda izin untuk berkeliling membakar Al-Qur’an?
Lalu, apa tujuan Anda dengan aksi ini? Provokasi terhadap etnis, jelas. Namun, apa lagi?
Jelas, bahwa umat Islam, mengamuk melawan polisi. Saya pikir Anda menikmatinya.
Lalu, mereka merasa kasihan pada individu polisi yang dipaksa bekerja selama kerusuhan ini.
Ini adalah tanggung jawab utama mereka yang telah memberi Anda izin untuk melakukannya.
Jadi, untuk semua muslim yang telah bertindak, saya katakan, Anda bertindak benar.
Sebagai seorang Kristen di Swedia, saya tidak akan pernah mengizinkan [siapa pun] membakar Alkitab.
Sebagai gantinya, pulang-lah ke Damnark [Paludan]. Anda tidak diinginkan di Swedia.
@bettybaher: Anda penjahat terbesar di sini, karena semua yang Anda lakukan begitu buruk. Allah menghukummu, insya Allah, Allah akbar.
@issa_bakare: Semoga lain kali, itu mengenai kepala Anda. [Anda harus tahu] Al-Quran, salib, dan semua agama lain, saling menghormati.
Semua agama itu murni, jangan coba-coba mengotorinya.
@gultekinebruu: Hahahaha, itu bukan apa-apa. Anda harus mendapatkan [lemparan] batu di kepala.
@nannaaldi: Saya tidak mengerti, mengapa Anda bisa berkeliaran di Swedia, memprovokasi orang-orang yang tidak bersalah?
[Anda] menghasut salah satu dari tiga agama terbesar, [Anda] melanggar iman orang, dan mempermalukan muslim dengan cara ini.
Siapa Anda? Siapa yang memberi Anda hak untuk berkeliling dan beraksi dengan cara yang begitu kejam?!
Saya sampai tidak bisa berkata-kata. Anda juga seorang pengacara, dan telah membuat semua representasi demokratis yang ada!
Kita semua memiliki kebebasan mutlak untuk berbicara.
Namun, ketika Anda pergi ke tempat-tempat dan lingkungan dengan mayoritas muslim, kemudian Anda membakar kitab suci [Al-Qur’an], itu adalah kejahatan dan kekejaman murni.
Anda [sendiri yang] telah menciptakan konsekuensi, [lantaran telah coba] menghancurkan Swedia, muslim, dan demokrasi.
@yb_mn1: Tidak ada yang merasa simpati kepada Anda. Jujur, saya berharap, lebih banyak orang yang melemparkan lebih banyak batu kepada Anda.
Baca Juga:
Sebelumnya, Paludan mengulangi aksi keparatnya pada Kamis, 15 April 2022.
Ia kembali membakar kitab suci Al-Qur’an. Kali ini di Linkoping, Swedia; kota dengan mayoritas penduduk muslim.
Aksi keparat Paludan, bersama kelompok anti-muslim garis keras di Swedia, berujung demonstrasi, hingga melukai sembilan polisi.
Ia dan partainya, Stram Kurs, yang membakar Al-Qur’an di area terbuka, memancing ratusan orang turun ke jalan.
Tegas, mereka menentang Paludan dan kelompoknya, tetapi yang bersangkutan tetap meneruskan aksi keparatnya.
Demonstrasi pun berujung ricuh. Sebuah mobil bahkan terbakar.
Tampak juga puluhan orang bertopeng menyerang mobil polisi.
Kerusuhan juga berimbas kepada sejumlah anggota kepolisian. Mereka harus dilarikan ke rumah sakit.
“Suasana menjadi agresif, dan ada serangan terhadap polisi di tempat kejadian.”
Demikian kata salah satu Juru Bicara Polisi Swedia, Asa Willsund, kepada penyiar SVT, mengutip AFP.
Keadaan baru mulai pulih, setelah polisi mundur.
Namun, itu belum selesai. Keesokan harinya, Jumat (15/5/2022), massa kembali terlibat bentrok dengan polisi Swedia.
Imbasnya, sembilan anggota pasukan keamanan pun terluka.
Juru Bicara Kepolisian Swedia yang lain, Diana Qudhaib, mengatakan bahwa anggotanya terkena batu dan mengalami patah lengan.
Begitu juga dengan salah satu warga. Ia terkena lemparan batu di bagian kepala.
Mikael Yuksel yang merupakan politikus Swedia kelahiran Turki, buka suara.
Ia menilai, Paludan yang berada di bawah perlindungan polisi, terus melakukan provokasi di berbagai daerah di Swedia.
Yuksel juga bilang, politikus sayap kanan itu sengaja menetapkan lokasi yang dekat dengan masjid.
Paludan pun memilih wilayah yang mayoritas penduduknya adalah muslim, agar provokasinya berjalan.
“Di Swedia, negara yang tegas membela hak asasi manusia serta kebebasan beragama, Al-Qur’an dibakar di wilayah muslim, di bawah perlindungan polisi.”
Demikian kritikan Yuksel, keras.
Itu mengapa, ia kemudian menyerukan agar polisi bertindak dengan nalar untuk menghadapi hal tersebut.