Saat Presiden Jokowi asyik mengayuh sepeda sejauh 1,5 Km di Bogor, Jawa Barat, sebuah tanda baru kekalahannya tersaji sempurna di Jakarta. Sang Petahana sepertinya tinggal menghitung hari.
Kemana Jokowi bersepeda? Pagi itu, Ahad 2 Desember 2018, mantan Gubernur DKI Jakarta itu menuju Kelurahan Bantarjati, Kecamatan Bogor Utara, Kota Bogor. Agendanya, menyaksikan pemasangan instalasi listrik gratis di rumah rakyatnya.
Jokowi ditemani Menteri BUMN, Rini Soemarno, sejumlah direktur utama BUMN, beberapa milenial BUMN, dan personel Grup A Pasukan Pengamanan Presiden Markas Besar TNI.
Berjarak sekitar 60 an Km, jutaan umat Islam berkumpul di Lapangan Silang Monas, Jakarta Pusat. Bertajuk Reuni Mujahid 212. Ada yang mencatat 8 juta bahkan 13 juta orang datang. Kepalanya di Monas, kakinya di Kwitang. Begitu tulis sebuah judul di surat kabar.
Ulama dan tokoh nasional hadir. Para oposisi berkumpul di atas panggung utama. Ada Capres 02 Prabowo Subianto, Hidayat Nur Wahid, Zulkifli Hasan hingga Habib Bahar.
Hanya terentang waktu 4 bulan dari pilpres 2019, Reuni 212 secara sempurna mengirimkan sinyal keras kepada kubu Jokowi. Betapa tidak, jika benar ada 8 juta orang dan bisa dipastikan mereka mendukung Prabowo, lalu mereka bisa mempengaruhi 10 orang saja, maka jumlah suara Prabowo sudah 80 juta jiwa! Jauh melebihi perolehan suara pada 2014 lalu.
Karena itu tak heran, jika berbagai upaya mengerdilkan Reuni 212 terus dilakukan, sebelum dan sesudahnya. Paska Reuni 212, hampir seluruh media arus utama tak menjadikan acara tersebut sebagai headline. Bahkan, Harian Kompas menurut Jurnalis Senior Asyari Usman sudah menghina Reuni 212 karena menampilkan berita soal sampah plastil di halaman pertamanya.
Belum lagi komentar dari kubu petahana. Massa yang datang kata Kapitra Ampera dibayar Rp 100.000 per orang. Disebut juga Reuni 212 tak mempengaruhi elektabilitas Jokowi dan sebagainya.
Lakon semacam ini hanya mengkonfirmasi bahwa Reuni 212 jadi pukulan telak buat Petahana. Menakutkan. Karena merupakan tanda baru kekalahan Jokowi.
Sebelumnya, publik sudah membaca tentang tanda-tanda alam kekalahan Jokowi. Sedikitnya ada delapan.
Pertama, pada saat Deklarasi Damai untuk Pemilu 2019, semua pimpinan partai diberikan satu ekor burung merpati termasuk dua pasangan capres dan cawapres. Saat burung yang lain terbang bebas, burung yang dilepas cawapres KH. Ma’ruf Amin malah terjun bebas, jatuh tersungkur mencium alas panggung acara deklarasi.
Kedua, saat pengambilan bola untuk menetapkan urutan pengambilan nomor capres, dari sepuluh bola yang dipilih bersamaan, Sandi Uno mendapatkan bola bernomor satu (pertama) dan KH. Ma’ruf Amin dapat bola bernomor sepuluh (terakhir), padahal ada sepuluh bola.
Ketiga, saat Prabowo mengambil nomor capres, yang diambil ternyata nomor 2 dan Jokowi nomor 1, terbalik dari Pilpres 2014. Yang unik selama ada tiga kontestasi pilpres langsung semua nomor genap yang jadi pemenang kontestasi.
Keempat, ijtima ulama ke-2 sudah merekomendasikan capres yang akan dipilih. Apa yang unik: ijtima ke-2 ternyata untuk capres no 2. Hal lain hasil ijtima ulama ke-2 meminta Prabowo menandatangani 17 point pakta integritas untuk syarat jika ingin dipilih ulama, yang unik jika dijumlahkan angka 17 menjadi 8 artinya hasil ijtima ulama untuk Presiden RI ke-8, belum lagi tanggal lahir Prabowo adalah 17.
Kelima, saat pemilihan nomor urut partai politik, ternyata Partai Gerindra mendapatkan nomor 2, PAN nomor 12 dan PKS nomor 8. Uniknya, alumni 212 menterjemahkan semua nomor partai pengusung utama tersebut menjadi 212 untuk RI ke-8.
Keenam, ada papan reklame berfoto Jokowi di Bekasi yang ditabrak oleh pengemudi truk yang menewaskan pengemudi motor.
Ketujuh, saat kunjungan Presiden Jokowi di Pandeglang, Banten, di tengah terik matahari tiba-tiba halilintar menggelegar dan mengangetkan rombongan presiden dan masyarakat yang hadir.
Kedelapan, Asian Games dimulai dengan diadakan roadshow api Asian Games yang berkeliling Indonesia dan diterima oleh setiap kepala daerah yang dikunjungi, tapi pada saat Kepala Negara menerima estapet obor yang membawa api Asian Games tersebut padam.
Akankah Jokowi masih bisa mengayuh sepeda paska Pilpres 2019, sebagai presiden dan ditemani para menteri dan pejabat lainnya?
Reuni 212 tampaknya membuat sepeda Jokowi hanya akan teronggok di sudut ruang Istana Bogor.
Erwyn Kurniawan