Oleh: Zico Alviandri
Ada yang takut dengan kecoa? Wajar. Meski tidak menggigit, tapi bentuknya bikin geli dan bisa terbang pula. Ada yang takut dengan ketinggian? Wajar. Ada sensasi ingin jatuh saat melihat ke bawah dari tempat yang tinggi. Ada yang takut dengan kegelapan? Wajar. Karena indera penglihatan tak bisa diandalkan untuk waspada.
Tapi ada yang takut dengan kalimat Laa Ilaaha Illallah, dan dia mengaku seorang muslim? Wah… itu tidak wajar.
Kalimat tauhid jauh lebih dulu ada sebelum Taqiyyuddin An Nabhani mendirikan Hizbut Tahrir pada 1953. Jelas bukan produk HTI. Tetapi milik umat muslim sejak Nabi Adam. Jangan lah dikerdilkan kalimat itu sehingga dianggap brand HTI.
Orang-orang kafir telah mendiskreditkan kalimat takbir. Mereka mengidentikkan kata “Allahu Akbar” dengan aksi terorisme dan membuat olok-olok tentang ini. Lalu anehnya, datang lah sekelompok muslim mengidentikkan kalimat tauhid dengan anti NKRI.
Bisa dibayangkan ada berapa macam phobia terhadap adzan? Pantas panggilan sholat itu belakangan digugat sekelompok orang. Enam kali disebut “Allahu Akbar” dalam adzan. Lalu “Laa ilaaha Illallah” ada 3 kali. Sudah cukup membuat orang-orang paranoid itu mati berdiri.
Lalu bila mereka pelindung Ahmadiyah, bisa tersinggung karena nama Muhammad yang disebut sebagai Rasulullah, bukan Mirza Ghulam Ahmad. Kalau mereka pendaku liberalis agama, mereka akan protes dengan “hayya ‘alash sholah”. “Mau sholat atau tidak, hak orang dong,” kata mereka. Dan bila menganut pluralisme agama, mereka akan komplain dengan “hayya ‘alal falah”. “Semua agama itu jalan keselamatan dan kemenangan,” alibinya. Wajar lah adzan dibenci mereka sejadi-jadinya.
Kalau dengan topi yang bertuliskan kalimat tauhid saja takut, maka mereka harus meluangkan waktu untuk men-sweeping masjid-masjid di seluruh Indonesia yang di dalamnya terukir kaligrafi bertuliskan “Laa Ilaaha Illallah”. Jangan-jangan masjid itu terindikasi dikooptasi HTI.
Dalam mushaf Al-Qur’an pun banyak tertuliskan kalimat tauhid. Apakah mereka mau menyita mushaf dan menuduhnya bacaan orang HTI?
Dalam sehari, minimal saya mengucapkan “Asyhadu an Laa Ilaaha Illallah” sebanyak 9 kali dalam tahiyat. Saya sih tidak pernah menjadi orang HTI. Nah, saya penasaran dengan cara sholatnya orang-orang paranoid itu. Bagaimana bacaan tahiyatnya?
Mereka suka dangdutan kan? Apa jadinya bila di tengah dangdutan, sang biduan menyanyikan lagu Rhoma Irama berjudul “Laa Ilaaha Illallah”? Saya tidak bisa membayangkan betapa dilemanya mereka. Di satu sisi senang dengan nada yang membuat pinggul bergoyang, di satu sisi liriknya memberikan ketakutan. Jangan-jangan Si Raja Dangdut itu syabab HTI juga?
Musisi Iwan Fals pernah menciptakan lagu berjudul Kantata Takwa. Dalam liriknya terdapat kalimat tauhid. Apakah orang-orang paranoid itu tahu? Coba kabari mereka, mungkin ingin memperkusi Iwan Fals juga.
Belakangan beredar di internet, meme tentang kain penutup keranda bertuliskan kalimat tauhid. Apakah mereka tidak mencurigai tiap mayat yang digotong dalam keranda itu menjadi “auto syabab HTI”?
Kelak di akhirat, ada sebuah kartu (bithoqoh) yang bisa menyelamatkan manusia yang bertuliskan “Laa Ilaaha Ilallah.” Bagaimana bila mereka dibangkitkan masih dalam keadaan phobia seperti yang diidap saat ini?
Duh, ribet sekali hidup dengan kalimat tauhid phobia.
Kalau saya mampu, ingin rasanya memakaikan topi bertuliskan kalimat tauhid kepada para tentara OPM. Dilengkapi dengan kaus #2019GantiPresiden. Biar orang-orang paranoid itu punya sasaran yang jelas untuk diburu sembari menyelamatkan keutuhan Indonesia.