Fikih  

13 Suporter Persija Ditangkap Karena Merusak Rumah di Sukabumi: Hikmah dari Perspektif Fikih Islam

Sepak bola memang olahraga yang penuh semangat dan emosi, apalagi kalau sudah ngomongin rivalitas Persija Jakarta dan Persib Bandung.

Tapi, apa yang terjadi baru-baru ini melibatkan belasan suporter Persija, The Jakmania, di Sukabumi, mungkin bikin kita semua garuk-garuk kepala.

Yap, usai pertandingan sengit antara Persija melawan Persib yang berlangsung pada Minggu, 24 September 2024, suasana semakin panas, dan bukan hanya karena skor akhir.

Beberapa suporter The Jakmania diduga terlibat dalam aksi perusakan pagar rumah warga Sukabumi yang kebetulan ngefans sama Persib. Aduh, kenapa sih bisa gitu?

Menurut detik.com, 13 orang The Jakmania telah ditangkap akibat insiden ini. Nah, ceritanya, para suporter ini katanya nggak bisa menahan emosi karena ada provokasi verbal di lokasi nonton bareng (nobar) pertandingan.

Orang-orang yang nonton bareng itu melontarkan beberapa kata-kata yang, yah, cukup panas, sehingga memicu aksi perusakan. Walau begitu, tentu saja, tindakan ini tetap nggak bisa dibenarkan, kan?

Mari kita lihat dari perspektif yang sedikit lebih sejuk, bahkan dari sudut pandang Islam. Bagaimana sih agama kita melihat aksi-aksi seperti ini?

 

Emosi Itu Seperti Api, Jangan Sampai Membakar!

Dalam Islam, emosi itu dibilang mirip api. Bisa menghangatkan suasana, tapi kalau dibiarkan, bisa juga membakar habis.

Dalam konteks pertandingan sepak bola, apalagi antara Persija dan Persib yang terkenal rival berat, emosi gampang banget tersulut.

Tapi, sebagai Muslim, kita diajarkan untuk bersabar dan nggak gegabah.

Seperti yang dikatakan dalam hadis, “Jangan marah, dan bagimu surga.” (HR. Bukhari).

Susah sih, ya, kalau tim kita kalah dan ada yang provokasi? Tapi, itulah tantangannya! Mengontrol emosi di situasi panas adalah ajaran penting dalam Islam.

Dalam fikih (ilmu hukum Islam), merusak properti orang lain, apapun alasannya, termasuk perbuatan yang melanggar.

Ini termasuk ghasab, alias mengambil atau merusak hak orang lain secara tidak sah. Ya, hukumnya haram, Saudara-saudara.

 

Kalau Rusak, Ya Ganti

Fikih Islam jelas banget: kalau kita merusak sesuatu, ya kita harus menggantinya.

Nah, contoh kasus di Sukabumi ini, pagar yang dirusak itu milik warga. Jadi, apapun alasannya, yang merusak harus bertanggung jawab memperbaikinya atau mengganti kerugiannya.

Allah sangat menjunjung keadilan, seperti yang tercantum dalam Al-Quran:

“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan apabila kamu menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil.” (QS. An-Nisa: 58).

Jadi, kalau misalnya nih, para pelaku perusakan dituntut secara hukum buat mengganti pagar yang rusak, itu udah sesuai banget dengan ajaran syariat Islam.

Indonesia, sebagai negara hukum, juga mengatur hal ini dengan prinsip keadilan.

 

Jangan Mau Terjebak Fitnah dan Provokasi

Dalam Islam, ada istilah fitnah, yang artinya segala bentuk tindakan yang bisa memicu kekacauan.

Kalau dalam nobar sepak bola ada provokasi verbal dari suporter lawan, ajaran Islam meminta kita untuk nggak terpancing. Rasulullah SAW bersabda:

“Seorang Muslim adalah saudara bagi Muslim lainnya. Dia tidak menzalimi dan tidak pula membiarkannya dizalimi.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Jadi, daripada kita terpancing emosi, lebih baik mikir dulu dan mundur dari situasi yang bisa bikin ricuh.

Pikir deh, menang atau kalah di lapangan hijau nggak akan bikin kita lebih mulia di mata Allah, bukan? Yang ada malah kita pulang dengan masalah baru dan berurusan sama polisi.

 

Sepak Bola Itu Buat Seneng-Seneng, Bukan Ajang Tawuran

Sering kali nih, dalam rivalitas sepak bola, banyak yang lupa kalau pada akhirnya, ini cuma permainan.

Sepak bola, meskipun bikin jantung dag-dig-dug, seharusnya jadi hiburan, bukan alasan buat rusuh.

Dalam Islam, olahraga itu dianjurkan buat menjaga kesehatan tubuh. Tapi tentu saja, harus dilakukan dengan sportif dan adab yang baik. Bukankah lebih seru kalau kita bisa mendukung tim kesayangan dengan semangat tanpa harus merusak atau nyakitin orang lain?

Bayangin aja, kalau semua suporter bisa mendukung tim kesayangan dengan penuh cinta, tanpa kekerasan. Wah, nobar jadi lebih damai, jalan pulang juga lebih aman.

“Kalah terhormat lebih baik daripada menang dengan curang,” kata pepatah lama. Jadi, ingatlah, kalah atau menang itu bukan soal skor, tapi bagaimana kita bersikap di luar lapangan.

 

Sepak Bola dan Hikmah dalam Islam

Insiden di Sukabumi ini jadi pengingat buat kita semua: menjaga emosi dan akhlak itu penting banget, baik di lapangan maupun di luar lapangan.

Dalam perspektif Islam, perusakan properti seperti yang terjadi ini jelas dilarang dan termasuk perbuatan haram.

Islam mengajarkan tanggung jawab dan keadilan, baik kepada sesama manusia maupun kepada Allah SWT.

Sebagai suporter, mari kita jadikan sepak bola sebagai ajang silaturahmi dan kebahagiaan, bukan permusuhan.

Tetap dukung tim kesayangan, tapi jangan lupa juga buat selalu bersikap sportif.

Kalau kalah? Nggak masalah, masih ada pertandingan lain! Yang penting, kita pulang dengan hati tenang, nggak ada urusan sama polisi, dan tetap jadi suporter yang keren!

 


Pertanyaan Warganet

Apa penyebab insiden perusakan di Sukabumi?
Diduga, insiden ini terjadi karena adanya provokasi verbal di nobar, yang memicu emosi suporter The Jakmania.

Apakah dalam Islam tindakan merusak properti diperbolehkan?
Tentu saja tidak, merusak properti orang lain termasuk perbuatan ghasab dan hukumnya haram.

Apa yang harus dilakukan jika kita terprovokasi?
Islam mengajarkan untuk menghindari provokasi dan bersabar. Lebih baik mundur daripada terjebak dalam fitnah.

Apakah suporter wajib mengganti kerugian yang diakibatkan perusakan?
Ya, dalam fikih Islam, seseorang yang merusak harus bertanggung jawab mengganti kerugian.

Bagaimana Islam memandang olahraga?
Islam menganjurkan olahraga untuk menjaga kesehatan, tapi harus dilakukan dengan adab dan sportifitas.

Apa pesan yang bisa diambil dari insiden ini?
Sepak bola seharusnya menjadi ajang kebahagiaan dan silaturahmi, bukan permusuhan. Kendalikan emosi, dan jadilah suporter yang bijak.