Ngelmu.co – Kalimat ‘robohnya surau kami’ tepat menjadi deskripsi bagi Masjid Muara Baru, Penjaringan, Jakarta Utara ini. Kondisi Masjid Muara Baru nampak rusak parah, terbengkalai tidak terawat dan beberapa bagian bangunan sudah rapuh.
Masjid tersebut terletak di bibir pantai utara Jakarta, membuat masjid ini terus digenangi air. Seperti yang dilansir oleh Kumparan, menurut salah satu warga Penjaringan, Dasuri Widianto (37), dulunya masjid tersebut merupakan masjid yang paling sering didatanginya saat waktu salat tiba.
Dasuri mengatakan penyebab awal dan utama ditinggalkannya Masjid Muara Baru adalah tingginya air laut saat banjir rob membuat beberapa jemaah beralih ke masjid lainnya yang dirasa lebih aman dan lebih layak untuk melaksanakan ibadah.
“Dulu mah saya masih ingat, masjid ini selalu ramai kalau sudah masuk jam salat tarawih, masuk jam salat wajib pasti ramai,” ujar Dasuri saat di temui di lokasi, Sabtu (23/12).
Dasuri bercerita saat usianya 7 tahun, air pasang yang masuk ke dalam masjid tidak terlalu tinggi. Namun, lama kelamaan, jemaah masjid beralih ke masjid lainnya karena sudah merasa tidak nyaman.
“Ya kalau pasang air laut sih cuma di bawah lutut orang dewasalah, cuma kan itu sudah mengganggu orang mau salat ya. Jadi ya enggak mungkin kita mau salat di situ. Ya karena sudah tak bisa kita manfaatkan untuk ibadah lagi ya kita memilih pergi ke masjid terdekat saja mas,” cerita Dasuri.
Kondisi masjid yang tidak terurus tersebut semakin buruk keadaannya saat Gubernur DKI Jakarta dijabat Fauzi Bowo. Saat itu Pemprov DKI menginisiasi pembuatan tanggul yang nantinya dapat mencegah air laut masuk lebih jauh ke pemukiman warga. Sehingga kini ada tembok tebal besar yang memisahkan antara warga muara baru dengan masjid yang sempat menjadi primadona bagi warga Muara baru.