Berita  

Salah Malah Marah, Siapa Dia? Pengendara Moge Lawan Arah!

Moge Lawan Arah Marah

Ngelmu.co – Situ yang salah, kok, situ yang marah? Pertanyaan konyol itu kerap terlontar saat kita melihat ada orang yang salah, bukannya minta maaf, tetapi ia justru lebih marah.

Seperti pengendara motor gede (moge) di Bali yang viral di media sosial (medsos).

Ia terekam kamera melawan arah di tengah kemacetan.

Namun, pengendara moge itu malah marah-marah kepada sopir bus yang ada di hadapannya.

Dalam video yang viral itu, pengendara moge roda tiga itu terjebak kemacetan.

Lalu, ia yang melawan arah, tampak membentak sopir bus Damri yang beroperasi di kawasan Kintamani, Kabupaten Bangli, Bali.

Kenapa si pengemudi moge marah? Ia merasa lajunya dihalangi oleh bus.

Dalam video itu juga terdengar sejumlah orang kesal melihat aksi arogan pengendara moge–yang belum diketahui identitasnya–itu.

Mereka menilai, pemotor lah yang mengambil lajur berlawanan, sehingga menghalangi bus Damri.

@ngelmucoDapet salam noh dari Bang Mandra! 😒 📹: instagram/razs_mv

♬ suara asli – Ngelmu

Akibatnya, jalur Bangli-Singaraja yang sudah padat kendaraan, makin macet.

Akhirnya, sopir bus mengalah, setelah moge berhasil masuk ke jalurnya.

 

View this post on Instagram

 

A post shared by Ngelmu.co (@ngelmuco)

Arus lalu lintas di kawasan itu pun kembali lancar.

Aksi diduga road rage atau perilaku agresif (arogan) yang ditunjukkan pengendara kepada pengguna jalan lainnya itu terjadi di Jalan Penelokan, Desa Batur, Kintamani, Bangli pada Senin (8/7/2024) siang.

Tepatnya di depan Museum Geopark Batur.

“Jarak dia dengan bus saya ini sekitar dua meter lah. Titiang [saya] enggak bisa maju, enggak [bisa] mundur juga. Cuma diam.”

“Di sebelah juga ada mobil, moge enggak bisa ke kiri. Setelah moge masuk, dia marah-marah ke saya.”

Demikian penjelasan sopir bus Damri, I Gusti Made Darmayasa, mengutip detikBali.

“Akhirnya saya buka kaca ‘kan, karena dia ngomong, saya menyahut.”

“Saya sampaikan, maksudnya gimana, ‘Bapak yang melawan arah, mengambil jalur saya, gimana saya mau jalan?’, saya bilang, gitu,” jelas Darma.

Baca juga:

Terlepas dari insiden itu, praktisi keselamatan berkendara yang juga Director Training Safety Defensive Consultant Indonesia (SDCI), Sony Susmana, bicara.

Ia menilai pengendara yang melawan arah, sama saja bunuh diri.

Pasalnya, ada ancaman bahaya jika melanggar aturan dengan melawan arus. Bahkan, bisa berujung tewas.

“Saran saya, sih, tetap mengikuti aturan, dan tertib, berlalu lintas yang benar, karena di jalan umum enggak ada kasta kastaan.”

“Semua sama, hak dan kewajibannya di muka hukum, yang harus berlomba-lomba adalah budaya berkendaranya.”

“Jika melanggar, toh, bikin malu statusnya juga. Artinya, masa, iya, berduit, tapi enggak beradab?” tegas Sony, Rabu (10/7/2024).

“Yang kedua, berkendara tidak di jalurnya, sama dengan bunuh diri, karena pasti berhadapan dengan kendaraan arah berlawanan.”

“Ya, kalau bisa mengerem, ‘kan reaksi dan kemampuan orang berbeda-beda,” jelas Sony.

Ia juga menyoroti, kebiasaan pengendara yang sudah salah, tapi malah marah.

Menurut Sony, hal itu lantaran faktor ego yang tidak terkontrol.

“Tergantung kondisinya, sih. Kebanyakan, mereka bukan mempertahankan benar atau salah.”

“Tapi karena adanya faktor ego, sakit mental, emosi enggak terkontrol, dan lain-lain.”

“Nah, terbentuklah budaya buruk dari efek snow balls,” pungkas Sony.