Ngelmu.co – Seorang Aremania bernama Dadang Hermawan, berani bersumpah jika tidak ada satu pun di antara mereka yang menyerang pemain Persebaya; saat memasuki lapangan.
Itu sebabnya ia mengaku janggal, mengapa polisi langsung menembakkan gas air mata, usai pertandingan Arema FC vs Persabaya, Sabtu (1/10/2022) malam.
Peristiwa yang akhirnya membuat Stadion Kanjuruhan di Kepanjen, Kabupaten Malang, Jawa Timur, penuh dengan teriakan, air mata, hingga darah.
Ratusan nyawa melayang.
Beberapa telah menumpahkan kesaksiannya di sini:
- Kesaksian Lengkap Seorang Suporter terkait Kronologi Kerusuhan Stadion Kanjuruhan
- Betapa Pilu Kesaksian Tragedi Kanjuruhan: Gate 13 seperti Kuburan Massal
- “Bapak Meninggal, Demi Menyelamatkan Kami…”
- “Kenapa Tembakan Gas Air Mata Diarahkan ke Kami?”
Dadang menyampaikan, “Setelah wasit meniup peluit tiga kali, dua teman dari sektor timur, turun.”
“[Mereka] tidak menyerang pemain Persebaya. Sebab, pemain Persebaya sudah masuk ke ruang ganti,” sambungnya.
Aremania yang turun ke lapangan, kata Dadang, tidak ada yang berniat buruk; apalagi merusuh, meski Arema kalah.
“Nawak-nawak [kawan-kawan] hanya menyalami dan men-support pemain Arema. Setelah itu, diamankan steward [petugas keamanan laga],” bebernya.
Steward meminta Aremania yang turun ke lapangan untuk kembali naik ke tribune.
Namun, Aremania dari tribune utara justru turun, karena mengira ada keributan antara petugas keamanan dengan kawan mereka.
“Spontan turun, dikira gegeran [ribut],” tutur Dadang.
Baca Juga:
Tidak lama setelah itu, aparat pun merespons situasi dengan tindakan represif.
“Bawa tameng dan senjata, membubarkan kami. Saya kira cukup, ternyata menembakkan gas air mata,” beber Dadang.
Tembakan gas air mata itulah yang sontak membuat Aremania, berlarian menyelamatkan diri.
Bahkan, ada yang nekat terjun dari pagar stadion.
“Mereka lari menyelamatkan diri ke tengah lapangan, bukan untuk menyerang petugas,” tegas Dadang.
“Mereka menyelamatkan diri dari gas air mata,” imbuhnya.
@ngelmuco #AdeArmando turut mengomentari tr4g3d! #Kanjuruhan ♬ Gugur Bunga – Jaya Suprana
Namun, tribune tak dapat menghindar dari kepungan gas air mata. Perih dan menyengat.
“Berdasarkan literatur yang saya baca, gas itu di kulit saya perih banget. Bahkan, sampai sekarang saya masih sesak,” jelas Dadang.
Itu mengapa ia memutuskan untuk lari ke arah tribune VIP.
Sampai di sana, ia justru kaget, karena menemukan sejumlah Aremania, tergeletak tak bernyawa; termasuk teman ngopinya.
“Saya temukan teman saya sudah meninggal dunia,” ungkap Dadang yang tak kuasa menahan air mata.