Ngelmu.co – Untuk lebih memperdalam sejarah keberadaan dan pengaruh Islam di Kerajaaan Majapahit, sebuah forum digelar oleh Lingkar Diskusi Lontar Nusantara, pada Selasa lalu (10/9/2019), dengan mengundang Ust. Kasori Mujahid yang juga merupakan Kandidat Doktor Ilmu Sejarah Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Analisis terbaru dari berbagai bukti sejarah perkembangan pengaruh Islam di Pulau Jawa, utamanya Majapahit kini mulai bermunculan. Sebelumnya, telah lama masyarakat kita hanya mendapatkan tafsir sejarah warisan para peneliti Belanda. Yang tentu saja mereka berafiliasi pada kekuasaan kolonial yang hampir selalu abai pada bukti-bukti adanya kehidupan Islam di era dahulu.
Parahnya, bukti-bukti itu sebenarnya ada di depan mata, namun tafsir sejarah yang berkarakter “Nederland Centris” hampir selalu mereduksi peran Islam itu. Kemudian perspektif semacam inilah yang terus direproduksi dan tersebar di masyarakat melalui materi pelajaran sekolah & di jalur formal lainnya.
Sebut saja bukti nisan di makam Troloyo, Mojokerto, di kawasan terpadu jejak kota megapolitian Majapahit. Bukti nisan makam para bangsawan Majapahit disana terlihat jelas. Pada salah satu sisinya terukir kaligrafi “Laa Ilah ha ilallah” dan sisi sebaliknya ukiran “Surya Majapahit” sebagai lencana negara pada waktu itu. Bukti lain misalnya adalah ditemukannya koin uang Majapahit yang juga bertuliskan lafaz “Laa ilaa ha ilallah” yang juga dipajang di Museum Nasional Jakarta.
Fenomena ketidakobjektifan para peneliti Belanda juga diperkuat oleh pendapat dari Nancy Florida (seorang Historian dan Profesor of Javanese Studies-Cornell University) yang beberapa tahun lalu pernah masih terus tekun meneliti di Museum Radya Pustaka Solo (sebelum ditutup).
Adapula sejarawan Eropa yang tidak berafiliasi pada penjajah kolonial yang juga keheranan melihat awan pikiran tersebut. Beliau adalah Louis-Charles Damais.
Damais yang akhirnya hidup dan menikah di Batavia mengeluarkan pernyataan-pernyataan kontroversif, terutama bagi sejarawan kolonial.
Salah satu pernyataan Damais yang merupakan hasil penelitiannya terhadap bukti-bukti sejarah tersebut terdapat pada buku “Epigrafi dan Sejarah Nuswantara, Pilihan Karangan Louis-Charles Damais”, teritan EFEO-Jakarta 1995.
Dalam diskusi kemudian terkuak hasil riset Ust. Kasori tentang berbagai analisis para peneliti yang bervariatif dan bukti-bukti keberadaan serta pengaruh kuat Islam di Majapahit.
Ustad Kasori dalam penelitiannya menemukan korelasi antara bukti-bukti sejarah dan hasil konklusi para peneliti terdahulu yang tidak terafiliasi pada kepentingan kekuasaan penjajah kolonial.
Ricklefs misalnya, ia mengungkapkan; “But Trowulan and Troloyo gravestones certainly cotradict, and therefore cast grave doubt upon, the view formerly held by scholars that Islam origanated on the coast of Java and initially represented and political force which opossed Majapahit” (Ricklefs, A History of Indonesia, hal.4)
“Tetapi Trowulan dan makam Troloyo ternyata memperlihatkan kontradiksi, dan karenanya juga menimbulkan keraguan tentang kesimpulan terdahulu bahwa itu adalah artefak bangunan candi, sebuah pandangan yang dibentuk oleh para sarjana (Belanda) yang juga menjadi penguat kesimpulan mereka bahwa Islam (hanya ada dan) berasal dari daerah pesisir pantai Jawa dan merepresentasikan inisiatif dan kekuatan politik yang beroposisi dengan Majapahit”
Bisa kita simpulkan, sebenarnya Islam telah melakukan akulturasi sosial budaya serta melakukan penetrasi damai dalam kehidupan politik hingga banyak bangsawan era akhir Majapahit mati dalam keadaan Islam dan terlihat dari makam-makamnya di Troloyo.
Kemudian ada pula peneliti bernama Champbell yang menyusun kesimpulan yang cukup mengejutkan dari hasil risetnya terhadap bukti-bukti sejarah Majapahit;
“The Empire of Majapahit is generally thougt, to have been founded by Persians and Arabs from the coast of Sumatera, who formed an insignificant coloni oh the island. These Arabs and Persians who were for the most part sea-rovers and adventurer seeking plunder and loot whewever they went, were establish in Sumatera certainly as early as the 7th century” (Donald Macclaine Champbell, Java: Past and Present, Vol.1, hal. 57-58)
Artinya: “Sangat terindikasi kuat bahwa Kerajaan Majapahit didirikan oleh orang-orang Persia dan orang-orang Arab yang membentuk sebuah koloni yang awalnya tidak terlalu signifikan jumlahnya di pulau tersebut. Orang-orang Arab dan Persia ini kebanyakan adalah mereka para penjelajah lautan dan mereka yang bereksplorasi dimanapun ada tempat yang bisa mereka temukan, dan mereka sudah menetap dengan mantab berdiri kokoh di sepanjang pesisir daerah Sumatera sejak awal tahun abad ke-7 Masehi.
Begitulah kita perlu selalu memperjuangkan kebenaran-kebenaran yang belum terkuak dengan hujah yang kuat. Ternyata masih ada para peneliti barat yang menjaga obyektifitas dan tidak berafiliasi pada kepentingan penjajah. Mereka mencoba memaparkan secara jujur sejarah kehidupan masa lalu.
Dalam konteks tema diskusi ini ada salah satu konklusi bahwa sejak awal, kekuatan Islam terindikasi kuat telah berhasil melakukan akulturasi dan penetrasi secara damai ke pusat (ibu Kota) Kerajaan Majapahit.
Detail dari dinamika sosial politik dalam masyarakat yang majemuk di Majapahit itu tentu juga menjadi menarik untuk digunakan sebagai kacamata dan referensi untuk agenda konstruksi sosial politik ke depan.
“Lingkar Diskusi ini akan terus dilakukan secara rutin dengan mengambil tema yang berbeda-beda agar para peserta bida memilki bekal pemahaman yang lurus dan benar tentang sejarah sosial politik yang damai di indonesia” demikian Gus Nafi Asrori Koordinator Acara mengungkapkan. (nd)