Konflik Timur Tengah kembali memanas dengan cerita absurd: tank Israel diduga menargetkan markas pasukan perdamaian PBB (UNIFIL) di Lebanon.
Kamera keamanan rusak, menara hancur, dan saksi mata pasukan PBB mengatakan tembakan itu disengaja.
Namun, seperti biasa, Israel buru-buru menyangkal dan menyebut serangan itu hanya salah sasaran.
Serangan ini bukan hanya melukai bangunan, tetapi juga menampar gagasan bahwa PBB adalah aktor netral dalam konflik.
Misi UNIFIL selama ini dianggap jadi penengah antara Israel dan Hezbollah, tetapi tindakan Israel seolah mengirim pesan bahwa siapa pun bisa jadi target – bahkan mereka yang tak memegang senjata.
Bagi Palestina dan negara-negara pendukungnya, kejadian ini hanyalah satu dari sekian banyak contoh arogansi Israel.
Kebijakan serangan membabi buta seperti ini bukan lagi berita baru.
Berkali-kali dunia menyaksikan Israel melanggar hukum internasional, namun dengan nyaman berlindung di balik dukungan kekuatan besar.
Fakta bahwa markas PBB sendiri jadi sasaran adalah bukti jelas bahwa bahkan standar paling mendasar pun tak lagi berlaku ketika Israel memutuskan untuk bertindak.
Ironi “Perdamaian” di Medan Konflik
Ada ironi besar dalam keberadaan pasukan perdamaian di tengah perang yang tak pernah benar-benar damai.
Dengan tank Israel menghantam bangunan yang seharusnya netral, narasi resmi Israel tentang “mempertahankan diri” kembali terasa seperti lelucon yang hambar.
Jika mereka berani menyerang markas PBB, bagaimana dengan warga sipil Palestina yang hidupnya setiap hari berada di bawah ancaman bom dan peluru? Di Gaza dan Tepi Barat, rakyat Palestina selalu menjadi target nyata, dengan sedikit perhatian dari komunitas internasional.
Israel mungkin bisa menyangkal hari ini, tetapi bagi mereka yang telah lama menentang pendudukan, ini hanya menambah daftar panjang pelanggaran yang sulit dimaafkan.
Saat tank mereka menghancurkan fasilitas PBB, dunia kembali diingatkan betapa sedikit rasa hormat Israel pada aturan internasional. Bukan sekadar tembakan, ini adalah pesan kekuasaan yang mengatakan, “Kami bisa, dan tak ada yang bisa menghentikan kami.”
Harapan di Tengah Ketidakadilan
Namun, di tengah kepahitan ini, perlawanan tetap hidup.
Palestina dan mereka yang peduli pada hak asasi manusia terus melawan.
Dengan setiap laporan seperti ini, semakin banyak orang sadar bahwa ketidakadilan harus dihentikan.
Dunia tidak bisa terus menutup mata terhadap tindakan brutal Israel.
Di mana pun ada penjajahan, ada perlawanan – dan suara yang menyerukan kebebasan tak akan pernah bisa benar-benar dibungkam.
Ini bukan sekadar perang narasi antara Israel dan Palestina; ini soal manusia, hak hidup, dan harga diri.
Berapa lama dunia akan membiarkan sebuah negara melakukan kekerasan atas nama keamanan? Setiap tank yang ditembakkan bukan hanya peluru; ia adalah cermin ketidakadilan yang harus kita lawan bersama.