Ngelmu.co – Pertengkaran dalam satu kongsi seolah tak hentinya terjadi. Berawal dari PSI vs PDIP, disusul oleh Golkar vs Nasdem, hingga PPP vs PKB, kini ikut berselisih. Bukan hanya satu dua, tetapi enam partai di dalam koalisi petahana saling menginjak untuk bisa berdiri semakin tegak. Inikah bukti jika Jokowi tak bisa mengendalikan kapal pimpinannya?
Semua dimulai dari pernyataan Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI) yang ‘menampar’ sesama partai koalisi Jokowi-Ma’ruf, dengan merasa PSI menjadi satu-satunya partai anti-korupsi. Hingga membuat PDIP membalas ‘tamparan’ tersebut dengan mempertanyakan, dari mana asal dana kampanye PSI.
[read more]
“Siapa saja konglomerat yang ada di belakangnya, sumber dana dari bisnis apa, dan seterusnya,” tanya Hendrawan Supratikno, Ketua DPP PDI Perjuangan, Selasa (12/3).
[su_box title=”Baca Juga” style=”glass”]
PDIP Serang Balik PSI, Pertanyakan Dana Kampanyenya Dari Mana
[/su_box]
Bahkan, PDIP juga menganggap PSI adalah partai baru yang masih kekurangan informasi, sehingga membuat mereka kerap bertingkah berlebihan.
“Mungkin partai baru ini kurang informasi, dalam kasus-kasus tertentu terlihat genit atau ‘lebay’,” imbuhnya.
Dan seolah tak ingin tinggal diam, PSI langsung menyerang balik PDIP, dengan menyampaikan jika partainya tidak terima disebut minim implementasi di lapangan. Hal ini diungkapkan oleh Juru bicara, Rian Ernest.
[su_box title=”Baca Juga” style=”glass”]
Sesama Partai Pendukung Jokowi-Ma’ruf Saling Serang, Perahu Koalisi Oleng?
[/su_box]
“Sekarang kalau minim implementasi, bagaimana menjelaskan fakta bahwa di banyak dapil, caleg-caleg DPR PSI sudah mengekor incumbent PDIP? Apa artinya? Bahwa masyarakat sudah jenuh dengan hanya sekedar pekik ‘merdeka’,” tegas Rian di Jakarta, Rabu (12/3).
Ia juga melemparkan sindiran untuk PDIP, karena di dalam partai tersebut, terdapat caleg mantan napi korupsi. Kenyataan tersebut membuat PSI semakin mempertanyakan, di mana letak komitmen PDIP dalam tindak anti-korupsi.
“Apa konkretnya untuk melawan korupsi, kalau masih ada caleg eks koruptor diajukan lagi di April nanti?” pungkasnya.
Merasa gerah dengan tingkah rekan satu kongsinya, Nasdem juga ikut memupuk perselisihan yang terjadi antara PSI dan PDIP. Wakil Ketua Umum GP Nasdem, Ivanhoe Semen memperingatkan partai yang dipimpin oleh Grace Natalie itu, agar tidak bertindak bak pahlawan kesiangan dan merasa paling hebat sendiri.
[su_box title=”Baca Juga” style=”glass”]
Setelah PDIP, Nasdem juga Serang PSI: Jangan Jadi Pahlawan Kesiangan
[/su_box]
“Boleh melakukan gerakan untuk menarik simpati masyarakat, tetapi jangan merasa paling hebat sendiri, dan tidak mau jujur mengakui prestasi yang telah dilakukan oleh partai yang lain,” ujarnya.
Bukan hanya dengan PSI, Nasdem juga terlihat bermasalah dengan partai lain, sesama pendukung Jokowi-Ma’ruf. Kali ini giliran Wakil Ketua Dewan Kehormatan Partai Golongan Karya (Golkar), Akbar Tandjung yang menyatakan penilaiannya, yang melihat adanya niat jahat dari Partai Nasional Demokrat (Nasdem), kepada partainya.
“Partai yang punya niat enggak baik, niat jahat pada partai kita. Partai apa yang punya niat jahat dengan partai kita? Itu Nasdem,” ungkap Akbar Tanjung.
[su_box title=”Baca Juga” style=”glass”]
Akbar Tandjung, “Nasdem itu Punya Niat Jahat ke Partai Kita (Golkar)”
[/su_box]
“Nasdem itu punya niat jahat ke partai kita, maka itu, kita harus memperhatikan betul mana partai yang tidak sejalan dengan misi yang kita perjuangkan, yang punya kepentingan-kepentingan subjektif,” imbuhnya.
Tak berhenti sampai di situ, saling tindih juga terjadi antara dua partai lainnya dalam koalisi petahana, hingga membuat kubu 01 dinilai berada di ambang kehancuran.
PPP vs PKB
PPP dan PKB saling melempar amarah terkait kasus jual beli jabatan yang dilakukan oleh Romahurmuziy (Rommy). Ketua DPC PPP Kota Bandung, Zaini Shofari mengaku geram dengan pernyataan Direktur Relawan Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma’ruf, yang sebelumnya menyebut Rommy sebagai musuh Islam, karena tersandung kasus korupsi.
Menurutnya, ketua Lembaga Dakwah PBNU itu tidak mempunyai kewenangan untuk mengurusi permasalahan internal yang sedang dialami oleh PPP.
“Seharusnya, setiap peristiwa apa pun harus dijadikan bagian dari sebuah kesadaran berpolitik, bukan kemudian mencabik-cabik, apalagi memaki dan menghujat internal partai lain,” tandasnya, Ahad (17/3).
“Bukankah ketika Ketua Umum PKB, Cak Imin, pada saat dulu pernah tersandung di Kemenakertrans, yaitu kasus Kardus Durian. Kita dari PPP tidak pernah Al-Makki Al-Hujat (memaki dan menghujat)?” imbuhnya tegas.
Hal ini diperkuat dengan pernyataan pengamat politik, Muslim Arbi yang ikut menyampaikan penilaiannya terhadap pertengkaran tersebut.
[su_box title=”Baca Juga” style=”glass”]
Rommy: Ini Risiko Jadi Jubir Terdepan Koalisi Indonesia Nasionalis-Religius Moderat
[/su_box]
“PPP tidak terima PKB yang menyebut kelakuan Rommy musuh Islam. Dan PPP menyebut PKB punya kasus kardus durian yang melibatkan Cak Imin,” jelas Muslim, Senin (18/3), seperti dilansir dari RMOL.
Menurut Muslim, konflik PPP vs PKB ini bisa membuat simpatisan dan kader dari kedua partai, beralih ke kubu 02, Prabowo-Sandi.
“Sekarang sudah ada PPP Khittah yang mengarahkan suara ke Prabowo,” imbuhnya.
Kalau sudah begini, siapa yang harus disalahkan? Akankah ombak pertengkaran surut? Atau justru semakin meninggi jelang 17 April 2019 mendatang? Inikah bukti lalainya Jokowi dalam mengendalikan ‘kendaraan’?
[/read]