Oleh: Erwyn Kurniawan*
Siapapun akan terharu menyaksikannya. Presiden Joko Widodo berpelukan dengan Prabowo Subianto. Di tengahnya ada Hanifan Yudani Kusumah, atlet pencak silat peraih emas Asian Games.
Ini tentu saja mengejutkan publik karena keduanya sedang berkontestasi dalam pilpres 2019. Di media sosial, pendukung keduanya saling menyerang.
“Bagus, adem, dan baik buat Pilpres 2019,” kata inisiator #2019GantiPresiden yang juga politisi PKS Mardani Ali Sera.
“Momen luar biasa,” ujar Ketua Umum PPP Romahurmuziy.
Sandiaga Uno bahkan merinding melihatnya.
“Saya merinding ketika menyaksikan momen ini. Bukan hanya karena medali emas yang diraih oleh Hanifan Yudani Kusumah di cabang pencak silat, tapi ketika beliau berpelukan dengan dua negarawan, Pak Jokowi dan Pak Prabowo,” tulis Sandiaga dalam akun Instagram-nya, Rabu (29/8/2018).
Pelukan Jokowi dan Prabowo sudah pasti melegakan. Diharapkan bisa menurunkan tensi politik. Tapi pertanyaannya, apa yang harus dilakukan setelah berpelukan?
Jika menyimak apa yang diinginkan Hanifan, yang jadi inisiator pelukan tersebut, tampaknya ada keinginan untuk meredakan ketegangan selama mungkin. Bukan hanya sesaat.
“Saya sebagai insan silat Indonesia bahwa silat itu artinya silaturahmi. Jadi kita harus jaga menjaga hati kita sama-sama. Kita satu bangsa, satu negara, masak kita harus terpecah-belah karena hal tidak penting,” tutur Hanifan.
Hanifan benar. Tujuannya sungguh mulia. Dia tak ingin bangsa ini terpecah-belah. Karena itu, agar mimpi Hanifan terwujud, semua pihak harus introspeksi diri.
Hentikanlah persekusi, apalagi kepada emak-emak seperti yang dialami oleh Neno Warisman di berbagai tempat.
Hentikanlah ketidakadilan aparat seperti yang dipertontonkan selama ini.
Hentikanlah memproduksi hoax yang tujuannya hanya untuk playing victim dan menebar fitnah serta kebencian.
Hentikanlah mengobral janji agar tidak diberi gelar “unfulfilled promises” oleh koran Independent Observer.
Hentikanlah memenjarakan aktivis dan ulama seperti yang selama ini dilakukan.
Hentikanlah melarang deklarasi #2019GantiPresiden dan disaat yang sama membiarkan acara 2019 Tetap Jokowi.
Bisakah ini terwujud? Melihat bagaimana jubir Istana Ali Mochtar Ngabalin begitu sangat ngototnya menyerang oposisi dan membela Sang Presiden dalam acara televisi tadi malam, hanya beberapa jam usai pelukan Prabowo-Jokowi, rasanya sulit tercapai.
*Penulis dan Jurnalis