Ngelmu.co – Haters memang tidak pernah berhenti untuk mengamati seseorang ataupun kelompok orang yang dibencinya. Haters akan selalu mencari celah sekecil apapun dari orang atau kelompok orang yang dibencinya tersebut. Keberpihakan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan kepada kaum minoritas seperti masyarakat berpenghasilan rendah, wong cilik, dan penyandang disabilitas, kembali menemui jalan terjal.
Keinginan Anies untuk memfasilitasi penyandang disabilitas dengan menyediakan lift di rumah dinas gubernur memdapat serangan tajam dari berbagai pihak. Lift, yang jika dibeli, akan menelan biaya 750 juta diributkan oleh banyak pihak. Anies dituduh oleh haters sebagai orang yang penuh tipu daya.
Keberpihakan Anies kepada kaum difabel dituding sebagai bentuk pencitraan oleh haters. Para haters menilai bahwa tidak layak jika rumah dinas gubernur dipasangi lift. Alasannya rumah itu hanya dua lantai dan bukan merupakan fasilitas publik.
Namun, sepertinya haters lupa. Anies membuka pintu rumah dinas gubernur untuk menerima aduan warga. Siapapun bebas datang, termasuk kaum difabel.
Bagi kaum difabel, tentu tidak mudah untuk menjelajahi rumah dinas gubernur yang dibiayai dari dana rakyat jika tidak disediakan lift bagi mereka. Mereka yang menyerang Anies tak mampu memahami hal sesederhana ini dan berpihak pada kaum minoritas yang sesungguhnya saja.
Sebuah pertanyaan serius diajukan oleh warganet: Apakah mereka mengkritik kebijakan Anies ini akan bersikap sama jika gubernurnya BUKAN Anies?
Mengapa baru Anies yang memikirkan kaum difabel agar leluasa dan nyaman berada di rumah dinas gubernur? Hal ini bisa jadi dikarenakan Anies tahu ia harus berpihak pada rakyat kecil dan kaum minoritas, seperti kaum difabel tersebut.