Ngelmu.co – Virus Corona (COVID-19), kini telah menjangkiti hampir seluruh bagian dunia. Jika bicara soal ini, maka sebagai umat Islam, kita perlu mengulas bagaimana sikap para ulama, dalam merespons sebuah wabah penyakit.
Dilansir Hidayatullah, pandangan ini tertuang dalam kitab sejarah al-Bidayah wa al-Nihayah karangan Ibnu Katsir.
Disebutkan bahwasanya Kota Syam pernah dilanda sebuah wabah yang dinamakan Tha’un.
Ibnu Jarir menyatakan, wabah tersebut, terjadi pada tahun 17 Hijriah, saat masa kepemimpinan Khalifah Umar bin Khatab.
Tha’un, dinisbatkan kepada sebuah daerah bernama Amawas.
Di sana, pertama kalinya wabah Tha’un muncul, hingga kemudian menyebar ke seluruh Negeri Syam.
Al-Waqidi berkata, “Tha’un Amawas telah melanda Negeri Syam. Wabah ini telah memakan korban 25.000 jiwa,” tetapi ada pula yang mengatakan korbannya mencapai 30.000 jiwa.
Tak terkecuali para sahabat, mereka pun terkena wabah ini.
Abu Ubaidah bin Jarrah, al-Harits bin Hisyam, Syarahbil bin Hasanah, Fadhl bin Abbas, Muadz bin Jabal, Yazid bin Abi Sufyan, dan Abu Jandal bin Suhail beberapa di antaranya.
Ketika wabah memuncak, beritanya pun sampai kepada Khalifah Umar bin Khatab r.a.
Umar segera mengirim surat kepada Abu Ubaidah, meminta agar ia segera keluar dari daerah yang terkena wabah tersebut.
Namun, Abu Ubaidah justru mengatakan,
“Wahai Amirul Mukminin, aku mengerti apa yang engkau inginkan terhadapku. Sesungguhnya aku berada di antara tengah-tengah tentara kaum Muslimin, dan aku tidak ingin berpisah dari mereka. Aku tidak akan meninggalkan mereka hingga Allah menetapkan apa yang telah ditetapkan-Nya kepadaku dan seluruh pasukanku. Maafkanlah, aku tidak dapat mengabulkan keinginanmu,” jawabnya.
Mengetahui respons Abu Ubaidah, Umar menangis dan kembali mengirimkan surat, guna memintanya memindahkan pasukan ke tempat yang tinggi, mencari udara yang sejuk.
Sementara Abu Musa, ketika ditanya perihal wabah yang sedang menimpa penduduk Syam, berkata:
“Janganlah orang yang keluar dari tempat ini beranggapan bahwa jika dia bermukim di sini dia akan mati. Dan jangan pula orang yang sudah terjangkit berkata bahwa seandainya dia keluar dari tempat ini dia akan terkena wabah. Jika seorang Muslim memiliki prasangka seperti ini, maka tak mengapa jika dia keluar dan menjauhi wabah seperti ini,” jawabnya.
Setelah peristiwa tersebut, wabah itu pun menghilang.
Begitulah sikap para ulama dalam menghadapi wabah yang melanda suatu negeri.
Wallahu a’lam.
Baca Juga: Corona, Black Death, dan Keimanan
Namun, yang jelas sebagai umat Islam, kita harus terus berusaha dan berdoa, dalam menghadapi kondisi seperti saat ini.
Di mana COVID-19, sudah benar-benar sampai di tanah negeri.
Virus ini dapat menimbulkan gejala penyakit yang bervariasi.
Ada yang mengalami meski tak timbul gejala apa pun, tapi ada pula yang justru melewati gejala fatal.
Infeksi virus Corona, dapat menyebabkan berbagai penyakit, seperti bronkitis, ensefalitis, gastroenteritis, hingga hepatitis.
Proses penyebarannya bisa melalui udara yang terinhalasi atau terhirup lewat hidung serta mulut, sehingga masuk dalam saluran pernapasan.
Semoga kita tak lelah untuk senantiasa berdoa, agar dunia, khususnya negeri ini, dijauhkan dari setiap musibah yang buruk, dan semoga persoalan COVID-19, bisa segera selesai, tanpa tersisa. Aamiin allahumma aamiin.