Ngelmu.co – Diriwayatkan pada zaman Nabi Musa ‘alaihissalam, hidup sepasang suami istri dalam keadaan miskin, selama bertahun-tahun. Mereka merasakan kerasnya kemiskinan, dan menjalaninya dengan penuh kesabaran.
Saat berbaring di tempat tidur, sang istri bertanya kepada suaminya, “Bukankah Musa itu Nabi Allah dan bisa berbicara dengan-Nya?”
Suami menjawab, “Ya.”
Istri berkata, “Kalau begitu, kenapa kita tidak pergi mendatanginya, dan mengadukan keadaan kita kepadanya?”
“Kita meminta kepadanya agar berbicara kepada Tuhannya, tentang keadaan kita, dan memintakan agar kita diberi kekayaan.”
“Agar kita bisa hidup senang dan berkecukupan selama menjalani sisa hidup kita.”
Suami menjawab, “Gagasanmu sangat bagus.”
Keesokan hari, keduanya mendatangi Nabi Musa ‘alaihissalam, dan menyampaikan keinginan tersebut.
Nabi Musa ‘alaihissalam, pun menemui Tuhannya, dan menyampaikan keinginan keluarga tersebut.
Sedangkan Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat, tidak ada sesuatu pun di langit dan bumi ini yang tersembunyi dari-Nya.
Allah Subhanahu wa Ta’ala, menjawab Nabi Musa ‘alaihissalam:
“Sampaikan kepada mereka, bahwa Aku, telah mengabulkan permintaan mereka, dan Aku, akan memberi mereka kekayaan, tetapi selama satu tahun saja.”
Pasangan suami istri ini sangat senang dan gembira luar biasa, mendengar kabar tersebut.
Tak lama kemudian, rezeki mereka melimpah, berdatangan dari arah yang tidak mereka ketahui, hingga mereka menjadi keluarga kaya raya di tengah masyarakat.
Kehidupan mereka pun mulai berubah, dan mereka hidup senang dan bahagia.
Sang istri berkata kepada suaminya, “Ingatlah, kita diberi kekayaan ini hanya satu tahun, dan setelah itu kita akan jatuh miskin lagi seperti sedia kala.”
Suami menjawab, “Ya, saya tahu.”
Sang istri berkata, “Kalau begitu, kita gunakan saja kekayaan ini untuk berbuat kebaikan dan membantu banyak orang.”
Suami pun setuju dengan gagasan ini, lalu mereka membangun rumah singgah di persimpangan jalan yang dilewati para musafir.
Rumah ini dibangun dengan tujuh pintu, masing-masing menghadap ke jalan yang berjumlah tujuh persimpangan.
Keluarga ini pun mulai menyambut setiap musafir yang datang, dan memberi mereka makan serta tempat singgah gratis, siang malam.
Keduanya terus sibuk melayani mereka, selama berbulan-bulan.
Satu tahun yang ditetapkan telah lewat, tetapi keluarga ini tetap hidup kaya dan terus membantu para musafir, serta memuliakan para tamu yang berdatangan.
Mereka pun lupa dengan tenggat waktu yang ditetapkan Allah tersebut.
Baca Juga: Ketika Fir’aun Berkuasa…
Menyaksikan hal ini, Nabi Musa ‘alaihissalam, yang heran pun bertanya kepada Allah, seraya berkata:
“Wahai Rabbi, Engkau telah menetapkan syarat kepada mereka, hanya satu tahun. Sekarang sudah lewat satu tahun, tetapi mereka tetap hidup kaya?”
Allah Subhanahu wa Ta’ala menjawab:
“Wahai Musa, Aku, membuka satu pintu di antara pintu-pintu rezeki kepada keluarga tersebut.
Lalu mereka membuka tujuh pintu untuk membantu hamba-hamba-Ku.
Wahai Musa! Aku merasa malu kepada mereka. Wahai Musa! Apakah mungkin hamba-Ku lebih dermawan daripada-Ku?”
Maha Suci Engkau ya Allah, wahai Dzat yang lebih Pemurah dari semua pemurah. Wahai Dzat yang lebih Penyayang dari semua penyayang!
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِن شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ
“Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, ‘Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku) maka pasti azab-Ku sangat berat’,” (QS. Ibrahim: 7).
Diterjemahkan oleh: Ustaz Aunur Rafiq Saleh Tamhid, Lc.