Ngelmu.co – Sudirman Said mengungkapkan Presiden Joko Widodo mengadakan pertemuan rahasia dengan bos Freeport di tahun 2015. Bos Freeport yang dimaksud adalah Chairman of the Board PT Freeport McMoRan Inc. James R. Moffett.
Sudirman mengatakan jika pertemuan itu di Kompleks Istana Kepresidenan pada 6 Oktober 2016. Hal itu disampaikan Sudirman saat menceritakan kronologi lahirnya surat yang disebut sebagai cikal bakal perpanjangan izin PT Freeport.
Sudirman menegaskan bahwa surat itu keluar bukan atas inisiatifnya. Sudirman menyatakan surat hanya bisa keluar atas perintah Jokowi selaku Presiden yang juga atasannya kala itu.
Sudirman menceritakan kronologi tanggal 6 Oktober 2015. Pada pukul 08.00 WIB, kata Sudirman, ia ditelepon ajudan Presiden untuk datang ke Istana. Ketika Sudirman menanyakan apa kepentingannya, ajudan Jokowi menjawab tidak tahu.
Sekitar pukul 08.30 WIB, Sudirman datang ke Istana. Kemudian, Sudirman duduk 5 sampai 10 menit, langsung masuk ke ruangan kerja Pak presiden. Pertemuan itu disebut Sudirman berlangsung secara rahasia. Sebab, Sekretariat Kabinet dan Kementerian Sekretaris Negara yang senantiasa mencatat jadwal Presiden pun tidak mengetahuinya.
“Ada Setneg, Sekab tapi dibilang pertemuan ini tidak ada,” beber Sudirman, dikutip dikutip dari CNNIndonesia.
Sudirman mengatakan bahwa ia pun menuruti pesan yang disampaikan asisten pribadi presiden Sudirman masuk ke dalam ruang rapat di Istana Negara dan menagku ia langsung kaget. Sebab, di dalam ruangan itu, Sudorman melihat Moffet telah duduk dengan Jokowi.
Lantas, setelah masuk dan duduk, Sudirman langsung diminta oleh Jokowi untuk menyiapkan surat yang diperlukan oleh Moffet.
Sudirman mengatakan bahwa di pertemuan itu, Moffet menyampaikan draf tentang kelangsungan investasi PT Freeport di Indonesia. Namun, Sudirman mengaku bahwa ia tidak mau dan memilih membuat draf yang posisinya lebih menguntungkan Indonesia.
“Saya bilang ke Moffet, bukan begini cara kerja saya. Kalau saya ikuti drafmu, maka ada preseden negara didikte oleh korporasi. Saya akan buat draf yang melindungi kepentingan republik,” papar Sudirman.
Setelah draf yang dibuat dirinya selesai, Sudirman pun kembali menemui Jokowi untuk menunjukannya. Sudirman menyatakan jika Jokowi, langsung setuju saat itu.
Sudirman menegaskan jika surat tanggal 7 Oktober 2015 itu bukan inisiatif dirinya, melainkan atas perintah Jokowi.
“Jadi draf yang saya punya ini aman tidak merusak,” kata Sudirman.