Opini  

Surat Terbuka untuk Gerakan Mahasiswa 2019

Kepada para mahasiswa
Yang merindukan kejayaan

Dua puluh satu tahun lalu, rakyat Indonesia merasakan euforia yang luar biasa atas kebebasan yang didapat setelah terkungkung selama 32 tahun.

Reformasi berhasil menggulingkan kekuasaan tiran orde baru. Masyarakat telah bebas mengemukakan pendapatnya di berbagai tempat tanpa khawatir “digebuk” oleh penguasa.

Kadang kegembiraan itu kebablasan. Hujat dan caci maki jadi kebiasaan. Bahkan ada yang mengartikan bebas berbuat apa saja meski merugikan orang.

Tapi dengan reformasi yang diperjuangkan senior kalian angkatan 98, terbitlah harapan Indonesia akan jaya.

Semua orang punya kesempatan yang sama dalam memimpin dan membangun bangsa.

Penyakit yang diderita negara ini, yaitu Korupsi Kolusi dan Nepotisme (KKN), akan segera diberantas.

Merindukan kejayaan. Begitulah yang dirasakan para mahasiswa kala itu. Melalui 6 tuntutan reformasi:

  1. Adili Soeharto dan kroni-kroninya,
  2. Laksanakan amendemen UUD 1945,
  3. Hapuskan Dwi Fungsi ABRI,
  4. Pelaksanaan otonomi daerah yang seluas-luasnya,
  5. Tegakkan supremasi hukum, dan
  6. Ciptakan pemerintahan yang bersih dari KKN.

Saya yakin, kalian yang kini turun ke jalan pun merindukan kejayaan untuk negeri ini. Kami juga, dan kami titipkan kerinduan itu pada kalian.

Kepada rakyat yang kebingungan
Di persimpangan jalan

Dulu masyarakat bingung dengan yang terjadi pada bangsa ini. Negara kaya raya dengan hasil alam dan tambang.

Tapi masih banyak rakyat miskin dengan kesenjangan sosial yang tinggi.

Kini masih. Setelah reformasi bergulir 21 tahun, rupanya keadaan tak banyak berubah. Kejayaan yang dirindukan tak kunjung hadir.

KKN yang ingin diberantas, malah semakin kronis.

Kalian yang turun ke jalan, kami titipkan kebingungan ini. Mohon lawan segala upaya pembodohan bangsa dan pelemahan ikhtiar pemberantasan korupsi.

Kepada pewaris peradaban
Yang telah menggoreskan
Sebuah catatan kebanggaan
di lembar sejarah manusia

Ya, kalian tengah menggoreskan sejarah indah tentang aksi heroisme buat negara ini. Tapi satu pesan saya.

Telah ada contoh orang-orang yang dulu dikenal sebagai penggerak perjuangan.

Namun, ketika merengkuh kekuasaan, ia berubah menjadi tokoh antagonis yang harus dilawan oleh gerakan mahasiswa.

Ada orang-orang yang dulu berteriak lantang anti korupsi, tapi setelah menjabat, ia malah melemahkan upaya pemberantasan korupsi.

Kalian jangan seperti orang-orang itu! Tetaplah istiqomah dalam idealisme sampai mati.

Wahai kalian yang rindu kemenangan
Wahai kalian yang turun ke jalan
Demi mempersembahkan jiwa dan raga
Untuk negeri tercinta

Selamat berjuang. Selamat bergerak. Peluh bahkan darah kalian adalah asupan buat kejayaan negeri yang sedang kita rindukan bersama.

Panaskan aspal-aspal hitam dengan sepatu kalian. Berteriaklah lantang. Tuntaskan agenda reformasi.

Enyahkan kroni-kroni orde baru yang sejak 98 sampai sekarang masih bercokol di kekuasaan.

Tuntut undang-undang yang berpihak pada rakyat. Tetap pastikan TNI berada di baraknya.

Kawal otonomi daerah, jangan sampai kekayaan mereka dihisap habis oleh pusat yang mengakibatkan gejolak seperti di Papua sekarang.

Gugat ketidak-adilan hukum. Dan lawan mereka yang ingin memelihara penyakit KKN di negeri ini.

Ya, kalian tentu punya agenda lain hari ini. Tapi yang jelas tidak akan bertentangan dengan 6 tuntutan reformasi dulu.

Selamat berjuang. Hidup mahasiswa! Hidup rakyat Indonesia!

Oleh: Zico Alviandri

[su_box title=”Baca Juga” style=”glass”]
Tak Lupa Bersujud di Tengah Perjuangan untuk Negeri
[/su_box]