Ngelmu.co – Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, mengecam pembantaian terhadap Muslim, yang terjadi di Delhi, India. Jurnalis Washington Post, Rana Ayyub, mengabarkan dari 40 korban meninggal dalam peristiwa berdarah tersebut, mayoritasnya adalah Muslim.
“Forty dead in Delhi. Forty!” demikian tulisnya di media sosial Twitter, @RanaAyyub, seperti dikutip Ngelmu, Jumat (28/2).
Forty dead in Delhi. Forty !
— Rana Ayyub (@RanaAyyub) February 27, 2020
Erdogan pun mengecam, “India saat ini telah menjadi negara di mana pembantaian tersebar luas. Pembantaian apa? Mereka melakukan pembantaian terhadap Muslim,” tegasnya.
“Siapa yang melakukan ini? Hindu [India] yang melakukan itu,” lanjut Erdogan, dalam pidatonya di Ankara, Turki, seperti terlihat dalam video berdurasi 41 detik, yang diunggah kanal YouTube TRT World.
Diketahui, lebih dari 200 orang terluka, sementara 40 lainnya meninggal, usai kelompok Hindu radikal menyerang umat Islam.
Erdogan merupakan Muslim yang taat, ia selalu membela Islam, dengan bersikap tegas di hadapan publik.
Ia menuding, massa menyerang umat Muslim India, bahkan sampai melukai anak-anak yang sedang belajar, dengan ‘tongkat logam’, seolah berupaya membunuh.
“Bagaimana orang-orang ini membuat perdamaian global menjadi mungkin? Tidak mungkin. Sebab, mereka memiliki populasi yang besar. Mereka mengatakan ‘kami kuat’, tetapi itu bukan kekuatan,” tegas Erdogan.
Sebelumnya, para Muslim, melakukan aksi damai menolak diberlakukannya Undang-Undang Amandemen Kewarganegaraan baru, yang dinilai anti-Islam.
Para kritikus mengatakan, Perdana Menteri India, Narendra Modi, ingin mengubah negara sekuler resmi menjadi negara Hindu.
Baca Juga: Terkait India, Dr Zakir Naik Berpesan Kepada Para Pemimpin Muslim di Seluruh Dunia
Dr zakir Naik, juga telah menyampaikan pesan untuk para pemimpin Muslim di seluruh dunia, terkait kericuhan yang terjadi di India.
“Tetap diam sementara saudara-saudara kita dianiaya, sama saja dengan meninggalkan mereka,” demikian kutipan pernyataan yang ia tulis di laman Facebook resminya, Kamis (27/2).
“Sementara berdiri di sela-sela ketika hal itu terjadi, artinya kita menjadi mitra dalam kejahatan,” sambung Dr Zakir Naik.