PKS
Namun, Ketua DPP PKS Mardani Ali Sera, satu suara dengan Busyro dan Anwar.
Ia juga mengkritik tema lomba menulis artikel yang BPIP pilih, karena aneh dan terkesan tendensius.
“Aneh temanya, dan terkesan tendensius,” kata Mardani, Jumat (13/8). “Jadi buka luka lama, saat dikatakan musuh Pancasila itu agama.”
“BPIP,” sambung Mardani, “mestinya menyatukan, bukan buat kontroversi.”
Ia pun mendesak, agar BPIP melakukan evaluasi secara menyeluruh.
“Ada ide tema lain yang lebih visioner, dalam rangka memperingati Hari Santri Nasional,” ujar Mardani.
“Seperti ‘Pandangan Santri dalam bahaya Perubahan Iklim’, atau ‘Santri untuk Indonesia Bebas Korupsi’,” imbuhnya, menyarankan.
Mardani juga menggarisbawahi, bahwa mengubah tema, hanya perbedaan di permukaan.
“Paradigma BPIP, semestinya menyatukan dan menguatkan peran agama dalam bingkai harmoni,” tegasnya. “BPIP perlu evaluasi total.”
Publik Sentil BPIP
Bukan hanya Muhammadiyah, MUI, dan PKS yang mengkritik potret ini. Publik juga menyentil pemilihan tema oleh BPIP.
Sebagaimana yang keluar dari seorang pendiri Drone Emprit dan PT Media Kernels Indonesia, Ismail Fihmi.
“Sekadar sharing ide buat mimin BPIP. Anak-anak santri NU, MU, anak-anak gen Z, millenial, KPoppers, mereka concernnya ke topik: climate change, tanam mangrove, bantu Covid lintas agama, dan lain-lain.”
“Coba topiknya kekinian: pandangan Islam tentang climate change, kerja lintas agama, dan lain-lain,” sambung Ismail.
Ia juga menyarankan, agar BPIP mengajak anak-anak muda pun santri untuk mewujudkan Pancasila, dalam konteks kekinian juga masa depan.
“Bagaimana nilai-nilai Pancasila, dan nilai-nilai agama menjawab problem besar manusia,” tuturnya.
Cari tema yg bikin anak2 muda dan santri ini bangga sebagai bangsa Indonesia yg berpancasila. Misal:
– Pandangan dan sejarah Islam terkait penanganan pandemi 💉
– Generasi muda dan wujud “hubbul waton minal iman”❤
– Pandangan Islam dan Pancasila thd Interplanetary colony 🤭— Ismail Fahmi (@ismailfahmi) August 13, 2021
Mendapati respons Ismail, jurnalis senior, Farid Gaban pun bertanya.
“Kenapa topiknya khusus Islam? Kenapa bukan hormat bendera dan lagu kebangsaan menurut hukum agama Kristen, Budha, Hindu, Katolik, Konghucu, keyakinan-keyakinan lainnya?”
Penjelasan Ismail, bahwa ini berkaitan dengan Hari Santri, tak memadamkan keheranan Farid.
“Apakah di hari penganut Katolik, Kristen, atau agama dan keyakinan lain, ada juga lomba seperti ini?”
Apakah di hari penganut Katolik, Kristen atau agama dan keyakinan lain ada juga lomba seperti ini?
— Farid Gaban (@faridgaban) August 13, 2021
Tokoh NU, Nadirsyah Hosen (Gus Nadir), juga menyampaikan pesan kepada BPIP.
“Tema ‘Hormat Bendera Menurut Hukum Islam’, dan ‘Menyanyikan Lagu Kebangsaan Menurut Hukum Islam’, ini terlalu fiqh pembahasannya.”
“Dan kesimpulannya sudah bisa ditebak. Lebih baik, temanya umum menggali khazanah keilmuan santri, ‘Apa makna bendera dan lagu kebangsaan dalam turats?’,” sarannya.
Halaman selanjutnya >>>
“Saya mau menggelar lomba: Kompetisi Penulisan Alasan Mengapa BPIP Harus Bubar…”