Ngelmu.co – Kapolri, Jenderal Polisi Tito Karnavian, menyatakan dengan sangat yakin bahwa Polri dapat menjamin pilkada serentak pada 2018 berjalan lancar. Adapun yang menjadi alasannya adalah Indonesia sudah dua kali berpengalaman menyelenggarakan pilkada serentak di ratusan daerah, yaitu pada 2015 dan 2017.
“Kalau ditanya apakah akan ada potensi (gejolak sosial dampak) pilkada seperti di DKI (Jakarta) maka jawabannya tidak,” kata Tito dilansir oleh Viva, Minggu, 11 Maret 2018.
Tito menjelaskan bahwa ada empat faktor yang bisa memengaruhi atau memicu gejolak sosial dalam pilkada. Adapun pemicu tersebut yakni partai di luar pemerintahan mengusung calon sendiri, faktor agama, masalah ketidaknyamanan dalam menyampaikan pendapat, dan isu latar belakang sang calon.
Tito menegaskan bahwa dirinya tidak melihat satu di antara keempat faktor itu yang menonjol yang dapat berpotensi mengganggu keamanan dan ketertiban dalam penyelenggaraan pilkada di 171 daerah. Situasinya sekarang justru sangat cair atau bisa dikatakan hampir tak ada pertentangan yang berarti.
Hal tersebut dikarenakan salah satunya partai di luar pemerintah bergabung dengan partai pendukung pemerintah. Dengan saling bercampurnya partai pendukung pemerintah dengan partai oposisi, potensi konflik sangat kecil.
Begitu pula masalah isu agama, dianggap relatif kecil. Adapun alasannya, terutama di daerah-daerah dengan populasi penduduk besar, sebagian besar kandidat yang berkompetisi beragama Islam, sehingga mengurangi potensi konflik bercorak agama.
Menurut Tito, adapun hal yang harus diwaspadai sekarang adalah dunia media sosial yang banyak menyebarkan isu-isu provokatif. Ditambah ada kelompok-kelompok yang terorganisasi yang merekayasa isu-isu sensitif sehingga bisa meresahkan masyarakat dan dapat memicu gejolak sosial selama penyelenggaraan pilkada mendatang.
“Jadi, melalui media saya minta sampaikan kepada masyarakat, jika ada informasi dari media sosial jangan dijawab mentah-mentah,” pinta Tito.
Tito mengakui bahwa dirinya telah bertemu sejumlah pemuka agama, termasuk pemimpin organisasi massa Islam seperti Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama. Hal tersebut dilakukan Tito dengan tujuan para pemuka dapat membantu menciptakan suasana kondusif, sekurang-kurangnya melalui media sosial.
“Termasuk ketika bertemu Ustadz Somad (Ustaz Abdul Somad) di Sentul, mengatakan jangan menyebar hoax karena niat baik namun nanti masuk surga, surganya hoax,” ujar Tito.