Ngelmu.co – Terkait dengan rentetan teror bom di Surabaya dan Sidoarjo, Jawa Timur, Ustaz Abdul Somad menegaskan bahwa pelaku teror bom bunuh diri di Surabaya bukanlah tergolong orang-orang yang mati syahid.
Ulama asal Riau tersebut menyatakan bahwa telah terjadi pemahaman yang salah karena menganggap bunuh diri yang mengorbankan pemeluk agama lain adalah mati syahid. Adapun yang dimaksud dengan orang yang mati syahid adalah orang yang meninggal di medan perang melawan kaum kafir yang punya niat membinasakan Islam. Bukan di negeri yang damai seperti di Indonesia.
Ustaz Abdul Somad mencontohkan orang-orang di Palestina yang melawan penjajah tentara zionis Israel.
“Kalau di Palestina, di wilayah perang, mereka bunuh diri untuk menyerang Israel, itu baru mati syahid. Kalau yang dilakukan di Surabaya itu bukanlah mati syahid. Karena negeri kita ini negeri yang damai dan rukun antarumat beragama,” kata Ustaz Somad saat memberikan ceramah di Riau, Selasa (15/5) pagi, yang disiarkan langsung melalui Instagram resmi Ustaz Somad.
Baca juga: Ya Allah… Ustadz Abdul Somad Dapat Ancaman Pembunuhan dari Relawan Jokowi
Ustaz Abdul Somad mengatakan bahwa mati syahid pada zaman nabi ketika tentara Islam kalah dalam Perang Uhud. Saat itu Nabi mengatakan, tentara Islam yang meninggal di tangan tentara kafir Quraish akan bertemu Nabi di surga karena mati syahid. Mendengar perkataan Nabi Muhammad SAW itu, makin ramai tentara Islam yang berani menyongsong tentara kafir dan mati syahid.
Ustaz Abdul Somad juga mengklarifikasi tentang video ceramahnya yang dipotong oleh pihak yang tak bertanggung jawab. Dalam video yang sudah dipotong orang yang tidak bertanggungjawab tersebut, Ustaz Abdul Somad disebut dikesankan telah memotivasi orang untuk melakukan bunuh diri.
“Video ceramah saya itu dipotong dan mengatakan Ustaz Abdul Somad telah memotivasi orang bunuh diri. Itu dalam konteks apa? Syahid kalau mati di medan perang melawan orang kafir yang hendak membinasakan Islam. Tapi tidak apa-apa. Saya anggap saja iklan gratis. Karena orang akan mencari video lengkap saya dan paham kalau saya bukanlah ustaz yang radikal,” ujar Ustaz Somad.
Sebelumnya diberitakan bahwa kepolisian Daerah Jawa Timur mengatakan jumlah korban tewas dalam teror bom di Surabaya dan Sidoarjo pada Ahad (13/5) dan Senin (14/5) berjumlah 28 orang, baik pelaku, petugas kepolisian, maupun masyarakat. Adapun jumlah korban luka-luka dalam aksi terorisme tersebut sebanyak 57 orang, termasuk anggota keluarga yang diduga menjadi pelaku pengeboman.
Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia (Kapolri), Jenderal Tito Karnavian, menyatakan bahwa jenis bom yang digunakan para pelaku teror dalam serangkaian aksi di Surabaya dan Sidoarjo bermacam-macam. Namun Tito menyebutkan bahwa bom yang digunakan di semua titik kejadian bentuknya hampir sama, yaitu menggunakan bom pipa.
“Tapi ada yang ditumpuk, ada yang ditambah jumlahnya, ada lagi yang ditambahkan bensin, seperti dalam kasus di Gereja Pantekosta Pusat Surabaya, Jalan Arjuno,” ujar Tito di Mapolda Jatim, Surabaya, Senin (14/5).
Tito juga mengungkapkan, berdasarkan penemuan sementara dari Puslabfor, material bahan peledaknya adalah TATP (triacetone triperoxide). Bahan peledak tersebut, menurut dia, sangat dikenal di kelompok ISIS, terutama di Irak dan Suriah. Material ini terbuat dari bahan-bahan yang mudah diperoleh.