Ngelmu.co – Aksi Bela Islam kembali digelar. Aksi kali ini dinamakan Aksi Bela Islam 64. Aksi tersebut merupakan reaksi dari puisi ‘Ibu Indonesia’ yang dibacakan oleh Sukmawati beberapa waktu lalu. Berikut adalah beberapa fakta yang terungkap dari Aksi Bela Islam 64.
Sejumlah ormas Islam menggelar Aksi Bela Islam 64 meminta kasus puisi Sukmawati Soekarnoputri berjudul ‘Ibu Indonesia’ pada Jumat (6/4) diproses secara adil oleh hukum. Teriknya matahari tidak membuat para peserta aksi surut langkah. Mereka ramai-ramai mendatangi Bareskrim Mabes Polri, Gambir Jakarta Pusat meminta polisi segera mengadili Sukmawati.
Berawal saat Sukmawati membacakan puisi ‘Ibu Indonesia’ di acara peringatan ’29 Tahun Anne Avantie Berkarya.’ Puisinya kontroversial karena dianggap menyinggung syariat islam. Sukmawati sendiri telah dilaporkan banyak elemen masyarakat ke polisi lantaran puisinya yang dianggap menodai agama Islam.
Dari Aksi Bela Islam 64, berikut sejumlah fakta terkait aksi:
1. Jumlah aparat TNI-Polri yang ikut amankan aksi 6.500
Massa aksi mulai bergerak dari Masjid Istiqlal Jakarta pukul 13.00 WIB seusai menggelar salat Jumat bersama. Ribuan massa melakukan long march ke Bareskrim Mabes Polri dari Masjid Istiqlal. Sedangkan Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Pol Argo Yuwono, menyatakan bahwa ribuan aparat gabungan TNI-Polri dipersiapkan guna mengamankan jalannya aksi.
“Petugas gabungan Polri dan TNI yang dikerahkan untuk mengamankan aksi sekitar 6.500 personel,” kata Argo lewat keterangan tertulis, Jumat (6/4), dikutip dari Kumparan.
Para peserta aksi menuntut agar Polri menangkap, mengadili dan memenjarakan penista agama, Sukmawati Soekarnoputri. Hal tersebut dikarenakan puisi yang dibacakan Sukmawati tersebut diduga telah menodai agama
Islam.
2. Penumpang Stasiun Gambir bisa naik KA dari Jatinegara
Berlangsungnya Aksi Bela Islam 64 membuat beberapa ruas jalan menjadi sulit dilalui. Ribuan massa aksi memadatkan jalan.
Oleh karena itu, antisipasi dari terhambatnya perjalanan calon penumpang kereta api yang menuju Stasiun Gambir, PT KAI Daop 1 Jakarta melakukan rekayasa pola operasi kereta api. Yatu, mulai pukul 12.35 WIB sampai 18.45 WIB, sepuluh kereta yang berangkat dari Stasiun Gambir berhenti luar biasa (blb) di Stasiun Jatinegara. Sehingga para penumpang tidak perlu ke Gambir untuk naik kereta, mereka bisa melalui Jatinegara.
“Jadi penumpang kereta api yang kesulitan untuk menuju ke Gambir bisa naik dari Stasiun Jatinegara. Biasanya, kereta api keberangkatan Stasiun Gambir tidak berhenti di Stasiun Jatinegara. Hal ini demi memudahkan pelayanan penumpang,” terangnya lagi,” jelas Senior Manager Humas PT KAI Daop 1 Jakarta, Edy Kuswoyo, dalam keterangan tertulis, Jumat (6/4), dikutip dari Kumparan.
Penumpang di Stasiun Gambir juga mendapatkan pemberitahuan berupa pesan singkat dari KAI21 agar bisa datang ke stasiun lebih awal mengantisipasi keterlambatan keberangkatan KA.
3. Kaos #2019GantiPresiden diperjual-belikan
Pada Aksi Bela Islam 64, para pedagang juga tak mau ketinggalan untuk ambil bagian dalam aksi ini. Ada yang menarik di salah satu sudut Masjid Istiqlal. Hal yang menarik perhatian massa aksi adalah ada pedagang yang menjual kaus bertuliskan #2019GantiPresiden.
Gerakan #2019GantiPresiden ini memang banyak muncul di media sosial yang diprakarsai oleh politisa PKS, Mardani Ali Sera.
Salah satu penjual kaus, Dede Sunandar (28) mengatakan bahwa kaos #2019GantiPresiden tersebut dibuatnya sendiri.
“Kalau di online kita jual Rp 120.000 yang poliflex, yang manual lengan pajang Rp 75.000 lengan pendek Rp 70.000,” ujar Dede di Masjid Istiqlal, Jakarta, Jumat (6/4).
4. 10 perwakilan massa aksi audiensi dengan Bareskrim
Akhirnya, 10 orang yang mewakili massa melakukan audiensi dengan Bareskrim Mabes Polri. Adapun yang melakukan audiensi tersebut adalah Ketua Umum Alumni 212 Slamet Maarif, Ustaz Asep Syarifuddin, KH Abdullah Syafii, Nur Sukma, Dedi, Eggi Sudjana, Habib Muchsin bin Zaid, Haji Encep, Habib Salim, dan seorang perwakilan ulama dari Solo.
Perwakilan massa aksi tersebut masuk ke Ruang SPKT Bareskrim Polri. Mereka diterima oleh Kasubdit II Dittipidum Bareskrim Polri Kombes Pol Joko Purwanto.
Adapun salah satu poin terpenting pertemuan itu, perwakilan massa aksi meminta agar Bareskrim Polri jangan memperlakukan Sukamawati sama dengan Mantan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) terkait hal yang sama beberapa waktu lalu yang seperti dilindungi dan lambat diproses secara hukum.
5. Aksi juga digelar di beberapa daerah di Indonesia
Ternyata Aksi Bela Islam 64 tidak hanya digelar di Jakarta. Aksi tersebut juga dilaksanakan di beberapa wilayah lain di Indonesia.
Gabungan berbagai organisasi Islam Kota Medan ikut menggelar aksi damai di Mapolda Sumut, Medan, Jumat (6/4). Massa berkumpul dari Masjid Agung Medan untuk salat Jumat bersama terlebih dahulu. Usai salat mereka kemudian melanjutkan perjalanan ke Mapolda Sumut.
Setibanya massa aksi di Mapolda, massa diizinkan untuk berunjuk rasa di halaman utama Mapolda Sumut. Jumlah massa aksi yang diperkirakan mencapai puluhan ribu ini berkali-kali takbir sambil mengepalkan tangan mereka ke udara. Saat aksi, para demonstran beberapa kali meneriakkan untuk menangkap Sukmawati, karena dianggap telah menistakan agama Islam.
“Secara nyata-nyata, tegas-tegas, menghina ajaran islam. Kalau Ahok yang lalu menghina Al-Maidah ayat 51, Sukmawati menghina Al-Maidah ayat 58,” ujar juru bicara aksi, Rafdinal.
Tak hanya di Medan, aksi bela Islam 64 juga dilakukan di Alun-alun Kota Tegal usai salat Jumat di Masjid Agung Tegal. Pada Aksi Bela Islam 64 di Tegal, ribuan umat Islam itu sudah berkumpul sejak sebelum salat Jumat. Ketika selesai salat, mereka langsung merapat ke Alun-alun Kota Tegal.
Permintaan para peserta aksi juga sama, yaitu menuntut Sukmawati untuk diproses secara adil karena telah menodakan agama Islam.