Ngelmu.co – Mohammad Ahsan atau yang akrab disapa Babah, menyita perhatian kala bertanding melawan wakil tuan rumah, Li Jun Hui/Liu Yu Chen, di China Open 2019.
Pasalnya, pada skor 5-6 untuk Indonesia, Babah meminta perawatan medis, karena mengalami luka di bagian tangannya.
Lalu, komentator kondang, Gill Margaret Clark (Oma Gill) pun berbincang dengan partner kerjanya.
“Ini menarik, karena mereka memperkenalkan tempat duduk yang ada di sisi lapangan,” tutur komentator pria yang mendampingi Oma Gill.
“Ahsan selalu duduk…,” sambungnya, yang kemudian langsung ditanggapi oleh Oma Gill, “Iya, itu berhubungan dengan agamanya.”
“Ia [Ahsan] harus duduk, saat minum. [Muslim diajarkan untuk] Tidak boleh minum, jika tidak duduk,” jelas Oma Gill.
“Saya pikir itu adalah hal yang sangat baik, bahwa BWF, telah menyediakan tempat duduk, karena para atlet muslim membutuhkannya,” sambungnya.
Partner Oma Gill pun senang, karena akhirnya mengetahui alasan Babah, mengapa ia selalu duduk ketika minum.
@ngelmuco #Warganet menilai, melalui sikapnya, #MohammadAhsan alias #Babah secara tidak langsung telah #berdakwah ♬ Sport (60 Sec) – TimTaj
Bertanding sembari ‘Berdakwah’
Warganet–khususnya para pencinta badminton–pun menanggapi potret ini sebagai cara Babah, memperlihatkan bagaimana kehidupan seorang muslim.
Seperti kata pengguna Instagram, @ibrahimwaliulu91. “Dakwah lewat akhlak 😍🤗,” tulisnya di kolom komentar yang Ngelmu dapati pada salah satu unggahan akun @ngobrolbadminton.
“Babah dakwah di lapangan. Keren,” sahut @nur_kharimah_.
“Secara enggak langsung, Oma Gill juga sebenarnya sudah menyebarkan dakwah,” timpal @rahmatsyawal18.
“[Babah] Berdakwah dengan penampilan, dan Oma Gill menambahkan penjelasan ke penonton televisi. Secara enggak langsung, itu juga dakwah,” sambungnya.
Baca Juga:
Ahsan memang selalu duduk atau berlutut–jika tidak terdapat kursi di sisi lapangan–tiap kali hendak minum di tengah pertandingan.
Atlet senior Indonesia yang merupakan pasangan ganda putra dari Hendra Setiawan itu juga tidak menyalami wanita [baik wasit, hakim garis, atau pemberi medali], karena bukan mahram.
Sebagai pengganti bersalaman, Ahsan menangkupkan kedua telapak tangannya kepada para wanita tersebut.
“Saya hanya berusaha menerapkan ajaran agama Islam, semampu yang saya bisa,” tuturnya pada satu kesempatan.
“Semuanya mengalir begitu saja. Kalaupun perilaku saya di tengah lapangan kemudian menjadi viral di media sosial, saya tidak memikirkannya,” sambung Ahsan.
“Kalau ada yang menggangap baik dan mencontoh apa yang saya lakukan, Alhamdulillah,” imbuhnya lagi.
“Pertama kali yang saya lakukan adalah menggunakan legging [untuk menutup aurat], dan semua mengalir begitu saja,” jelas Ahsan.
“Saya lebih mantap dan memutuskan untuk memakai legging, setelah umrah, awal tahun 2016,” ujarnya.
Di saat ia mengetahui jika itu memang bagian dari ajaran Islam, maka Ahsan pun menerapkannya.
Tidak ada niat lain. Namun, ia mengaku lebih tenang, setelah berupaya terus memperbaiki diri dengan memperdalam ilmu agama.
“Saya ikut pengajian di masjid dekat rumah,” kata Ahsan.
“Selain itu, saya juga menambah pengetahuan dari membaca, baik dari buku-buku Islami, pun artikel Islami di internet,” tutupnya.
Terlepas dari itu, pada pertandingan melawan Li Jun Hui/Liu Yu Chen; yang berlangsung di Olympic Sports Center Gymnasium, Changzhou, Sabtu (21/9/2019), The Daddies [Ahsan/Hendra], sukses melaju ke final.
Ahsan/Hendra menyudahi pertandingan dalam waktu 31 menit, mengalahkan Li Jun Hui/Liu Yu Chen dengan skor akhir 22-20, 21-11.