Saat ditemui oleh wartawan sebelum masuk ke kantor Bareskrim, Kamis, 18 Januari 2018, Ustadz Zulkifli mengaku bingung dengan masalah yang menjeratnya. Ustadz Zulkifli mengaku dirinya tidak tahu di bagian materi ceramah mana yang dinilai mengandung ujaran kebencian dan SARA.
“Saya juga bingung letaknya di mana (ujaran kebencian). Justru saya mengajak umat Islam untuk melindungi Indonesia,” kata Zulkifli di Gedung Cyber Bareskrim Mabes Polri, Jakarta.
“Dalam hal ini saya perlu meluruskan, apa pun yang telah saya sampaikan, jelas seluruhnya ada hadist Nabi Muhammad yang menuntunnya,” papar Ustadz Zulkifli.
Ustadz Zulkifli menyatakan bahwa ia tidak pernah menghasut jemaahnya untuk anti NKRI.
“Tidak mungkin kalau ulama dikatakan sebagai pembuat kacau dan pembuat keonaran. Kita cinta dengan NKRI. Kami siap mati demi Tanah Air, NKRI,” tegas Ustadz Zulkifli.
Berikut isi ceramah Ustadz Zulkifli yang dikutip tim Ngelmu dari video ceramah di laman akun Instagram Ustaz Zululkifli yang diduga ceramah yang dilaporkan berbau SARA dan memprovokasi.
“Mengikuti perkembangan, bagaimana tahun 2018, ancaman kehancuran ekonomi global. Dan itu akan menyebabkan di mana-mana terjadi krisis, chaos, keributan dan kekacauan, pembunuhan, perang, perang dan perang ada di mana-mana. Termasuk Jakarta. Jakarta bapak dengar bagaimana revolusi itu yang dikhawatirkan oleh para TNI kita yang masih punya loyalitas kepada NKRI ini. Revolusi China. Maaf revolusi komunis berkolaborasi dengan revolusi syiah akan menjadikan Jakarta sebagai negeri terpanas yang penuh pertumpahan darah. Apabila kita tidak bersiap-siap. Umat tidak mau bersatu maka kita akan disembelih seperti saudara-saudara kita disembelih di Siria, seperti saudara-saudara kita disembelih di Irak, seperti saudara-saudara kita disembelih di Yaman, ini pasti terjadi kaum Muslimin yang dimuliakan. Dan ini bukan hal yang sangat tabu lagi. Jutaan KTP sekarang sedang dibuat di China, jutaan KTP sekarang sedang dibuat di Paris atas nama penduduk Indonesia, tapi yang mengisinya adalah orang-orang sipit”.