Ngelmu.co – Para pengguna media sosial menjawab pernyataan Ketua KPK [Komisi Pemberantasan Korupsi] Firli Bahuri, dengan tanya.
Firli menyampaikan pernyataan yang dimaksud saat, ‘Peluncuran Aksi Pencegahan Korupsi Stranas PK 2021-2022’, Selasa (13/4) kemarin.
Menurutnya, jutaan WNI [warga negara Indonesia] yang baik menjadi tak tersorot, karena fokus publik mengarah ke berbagai penangkapan koruptor lewat OTT [operasi tangkap tangan].
“Yang tertangkap KPK karena korupsi itu tidak lebih dari 1.550 orang, sampai hari ini,” beber Firli.
“Artinya, masih ada 262 juta lebih warga negara Indonesia yang baik,” imbuhnya, mengutip kanal YouTube KPK RI.
Itu mengapa Firli berharap, jangan hanya para koruptor yang ramai tersorot.
“Sementara masih banyak ribuan, bahkan jutaan orang yang baik,” sambungnya.
Warganet Merespons dengan Tanya
Pernyataan tersebut yang kemudian memanen beragam tanggapan dari warganet.
“[Ada] 1.550 orang jahat, ngerampok 262 juta orang baik? Apakah itu hal yang patut disyukuri, Pak?” tanya @zarazettirazr.
“Seharusnya, Pak Firli @KPK_RI juga menyebutkan jumlah uang negara yang dikorupsi oleh 1.550 orang tersebut,” sahut @soendoet1980.
“Dan nyatanya, tindakan [terhadap] 1.550 orang tersebut, ternyata membuat 260 juta orang lainnya itu kehilangan kesempatan untuk lebih mendapatkan uang negara [subsidi],” sambungnya.
Sementara di mata @arlandwilman, “Ini namanya logical fallacies [kesalahan logis], dan ironisnya, Ketua KPK, cara berpikirnya begitu.”
“Apa cuma gue yang nangkep statement-nya kayak nyepelein kasus-kasus korupsi yang ada, yaa?” tanya @taufik_akang.
“Bahkan semacam ‘mewajarkan’ praktik korupsi yang terjadi,” imbuhnya.
“Pernyataannya boleh jadi benar secara data, tapi sangat tidak tepat dan tidak elok untuk diungkapkan dengan cara seperti itu.”
Lebih rinci lagi, akun @syfnrmn_ justru mengulas pernyataan salah satu tokoh yang ada di dalam drama Korea berjudul, ‘Vincenzo Cassano’.
“Ada sebuah apel, satu sisi sudah busuk. Namun, sisi satunya tidak. Setengah busuk, setengah tidak.”
“Jadi, apa apel itu busuk atau layak? Apel itu dianggap busuk.”
“Jadi, walaupun ada orang jujur dan adil di sana, pada akhirnya kejaksaanmu adalah tempat busuk seperti apel itu. Bahkan lebih busuk dari apel itu.”
“Lagian, busuk apel masih bisa dipotong agar bisa memakan bagian tidak busuk.”
“Tapi tidak begitu dalam organisasimu. Masih banyak hakim dan jaksa jujur, tapi pernyataan seperti itu, tak membuat apel busuk menjadi segar kembali, Pak.”
“Dan yang terburuk, para pihak baik pun bisa menjadi jahat,” tutup @syfnrmn_.
Pesan Firli dan Ganjar
Sebelumnya, pada kesempatan yang sama, Firli menyampaikan, bahwa berbagai praktik baik, yakni penyampaian informasi tentang pencegahan korupsi, harus terus dikembangkan.
Sebab, ia meyakini, jika orang-orang di dunia ini pada dasarnya memiliki sikap yang baik.
“Kalaupun kita menemukan ada yang tidak baik, setidaknya kita menjadi satu-satunya orang baik,” ujar Firli.
“Jadi, praktik baik terus kita kembangkan,” pesannya.
Baca Juga: Ketika Pegawai KPK Justru Mencuri Barang Bukti
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, dalam kesempatan yang sama juga bersuara.
Ia menyebut, perlu pencegahan dan stategi secara nasional, dengan melibatkan semua pihak, dalam penanganan korupsi.
Ganjar mendorong, agar media juga membagikan berita-berita baik tentang pencegahan korupsi. Bukan hanya soal OTT.
“Kalau konteks OTT, tangkap tangan, dan semuanya itu, sudahlah, itu berita ‘bunga-bunga’ di media,” tuturnya.
“Seolah memang kita buruk, dan kita busuk, tapi cerita baik, proses panjang mengubah sistem, mengubah perilaku? Tidak pernah muncul,” kritik Ganjar.