Ngelmu.co – Warganet menanggapi pernyataan pihak Kementerian Kesehatan, yang mengatakan Indonesia, tak perlu lagi menerapkan lockdown atau pembatasan sosial berskala besar (PSBB), meski pandemi COVID-19 belum berakhir.
Plt Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan Kemenkes, Abdul Kadir, menilai PSBB, hanya akan menghambat perekonomian RI.
Warganet menyayangkan pernyataan tersebut keluar dari pihak Kemenkes.
Salah satunya disampaikan akun Twitter, @12annisaaa, “100 dokter yang gugur belum cukup untuk menjadi tamparan, ya?”
Sementara @MiraiMhysa, mengaku heran persoalan itu dibahas oleh Kemenkes.
“Resesi ‘kan urusannya menteri ekonomi, kenapa jadi ambil alih urusan menteri lain?” tulisnya.
“Kayaknya lebih wajar kalau Menteri Ekonomi bilang gak usah PSBB, karena takut resesi, dan Menteri Kesehatan bilang harus PSBB, demi kesehatan,” sambungnya.
“Menurut gw, wajar kalau Menteri Ekonomi sama Menteri Kesehatan, debat buat nentuin mana yang lebih penting. Eh, ini Kemenkes malah dukung ekonomi,” lanjutnya lagi.
Pemilik akun @tqeguh, juga menanyakan apakah yang dipikirkan Kemenkes tidak terbalik.
“Gak ke-balik yaa cara mikirnya? Cuma PSBB aja, negara bakal resesi. Gimana kalo gak PSBB?” tanyanya.
“Sistem kesehatan bisa collapse, ujungnya bukan resesi lagi ini mah,” imbuhnya.
“Mending ekonomi yang mati atau masyarakatnya yang mati?” saut @akuorangbaikOm.
Baca Juga: Sudah 100 Dokter Gugur dalam Penanganan COVID-19
Sebelumnya, Kadir, mengatakan perekonomian terhambat justru akan menimbulkan masalah lebih besar di tengah pandemi.
“Tidak perlu lagi kita misalnya harus lockdown, harus PSBB, enggak perlu,” ujarnya, dalam Simposium Nasional Dies Natalis 64 Unhas–disiarkan langsung oleh kanal YouTube FKM UNHAS.
“Kalau kita lockdown atau PSBB, apa yang terjadi? Ekonomi tidak bergerak, negara kita menjadi resesi,” sambung Kadir, seperti dilansir CNN, Selasa (1/9).
Ia juga menyampaikan, semua pihak harus berdamai dengan COVID-19.
Aktivitas, mulai kembali dijalankan dengan menerapkan protokol kesehatan, seperti menggunakan masker, cuci tangan, serta menjaga jarak.
Kadir juga berpendapat, penanganan COVID-19 yang dilakukan pemerintah saat ini sudah baik. Bahkan, ia mengklaim, pemerintah berhasil menanganinya.
“Kalau kita lihat, keberhasilan kita dari pemerintah Indonesia, menanggulangi COVID-19 ini, dapat dilihat dari angka case fatality rate (rasio kematian) kita,” ujarnya.
“Tahap-tahap awal, kita berkisar 9,8 persen. Sekarang ini kita berada posisi 4,35 persen,” lanjut Kadir.
Perlu diketahui, sudah 100 dokter yang gugur dalam penanganan Corona.
Sementara kasus positif terus bertambah, ada di angka 174.796, hingga Senin (31/8).
Di mana 7.417 orang di antaranya meninggal dunia, dan 125.959 lainnya dinyatakan sembuh.