Ngelmu.co – Kampanye cuci tangan menggunakan sabun, terus digaungkan, di tengah pandemi COVID-19, yang sampai hari ini masih menjangkiti puluhan negara di dunia. Cuci tangan, jadi langkah utama yang direkomendasikan oleh para ahli kesehatan dan dokter, hingga Badan Kesehatan Dunia (WHO).
Namun, kita juga perlu mengetahui, jika sabun yang disebut efektif menghancurkan virus Corona, merupakan warisan peradaban Islam. Setidaknya itu yang disampaikan oleh Ahmad Y al-Hassan, dalam bukunya, ‘Technology Transfer in the Chemical Industries’.
“Sabun yang kita kenal hari ini adalah warisan dari peradaban Islam,” jelas Ahmad Y al-Hassan.
Perkembangan ilmu kimia serta gaya hidup bersih umat Muslim, pada abad ke-7, menghasilkan salah satu penemuan penting, bagi kehidupan manusia modern.
Apa itu? Racikan sarjana kimia Muslim asal Persia, al-Razi, yang sukses menciptakan formula sabun.
Setelah formula dasar didapatkan, munculnya pengusaha-pengusaha di beberapa kota Islam, seperti Nablus (Palestina), Kufah (Irak), dan Basrah (Irak), tak terelakkan.
Dilansir Republika, saat itu, sabun berbahan dasar nabati, seperti minyak zaitun dan minyak aroma.
Kedua bahan itu, pertama kali diproduksi oleh para kimiawan Muslim, di era kekhalifahan.
Bahkan, formula utama pembuatan sabun, tak pernah berubah, hanya bahan kimia sintetis yang menggantikan beberapa komponen dasar.
Sabun yang dibuat umat Muslim di zaman keemasannya itu, sudah menggunakan pewarna dan pewangi.
Dikenal pula jenis sabun cair dan sabun batangan pada saat itu. Bahkan, sudah tercipta sabun khusus untuk mencukur kumis dan janggut.
Harganya? Pada 981 M, harga sabun berkisar tiga dirham (koin perak) atau setara 0,3 dinar (koin emas).
Sementara resep pembuatan sabun di dunia Islam, juga telah ditulis seorang dokter terkemuka dari Andalusia, Spanyol Islam, yakni Abu al-Qasim al-Zahrawi (Abulcassis), pada 936-1013 M.
Ahli kosmetik itu memaparkan tata cara membuat sabun, dalam ‘al-Tasreef’, ensiklopedia kedokteran yang terdiri atas 30 volume.
Tulisan itu juga telah diterjemahkan ke dalam bahasa Latin, dan digunakan sebagai buku referensi utama di sejumlah universitas terkemuka, di Eropa.
Sang dokter, memaparkan resep-resep pembuatan beragam alat kosmetik pada volume ke-19 ‘al-Tasreef’.
Resep pembuatan sabun yang lengkap, juga tercatat dalam sebuah risalah bertarikh abad ke-13 M.
Manuskrip itu menjelaskan secara detail, tata cara pembuatan sabun.
Maka fakta ini, menjadi bukti betapa dunia Islam, telah jauh lebih maju dibandingkan peradaban Barat.
Sebab, masyarakat Barat, khususnya Eropa, diperkirakan baru mengenal pembuatan sabun pada abad ke-16 M.
Bahkan, sebuah sangkalan ilmiah datang dari Sherwood Taylor (1957). Lewat bukunya yang berjudul ‘A History of Industrial Chemistry’, ia menyatakan, peradaban Barat baru menguasai pembuatan sabun di abad ke-18 M.
Sedangkan RJ Forbes (1965), dalam bukunya, ‘Studies in Ancient Technology’, menyatakan jika campuran yang mengandung sabun, telah digunakan di pusat peradaban Mesopotamia.
Namun, bentuknya belum sempurna, karena hanya terdiri dari bahan detergen.
Penemuan sabun yang tergolong modern, memang baru diciptakan pada masa kejayaan Islam.
Baca Juga: Penjelasan Dokter Paru soal Jauhkan COVID-19 dengan Berhenti Merokok
Kini, di tengah wabah COVID-19 yang melanda dunia, sabun menjadi salah satu yang dipercaya efektif menghancurkan virus tersebut.
Sebagaimana disampaikan oleh ahli virus sekaligus kepala divisi penyakit menular anak-anak di Rumah Sakit Anak di UPMC Pittsburgh, Dr John Williams.
Di bawah mikroskop, virus Corona tampak tertutupi seperti menara runcing, memiliki mahkota (Corona).
Sementara di bawah mahkota itu merupakan lapisan luar virus, yang terdiri dari lipid atau apa yang disebut lemak.
Kemudian Williams mengibaratkan, virus Corona seperti hidangan mentega yang berlemak.
“Coba Anda mencuci piring yang terdapat mentega dengan air saja. Mentega itu tidak hilang atau keluar dari piring, ‘kan?” tuturnya, seperti dilansir CNN, Selasa (24/3).
“Anda perlu sabun untuk melarutkan minyak. Jadi, sabun sangat efektif melawan, melarutkan lapisan cairan berminyak dari virus,” sambung Williams.
Lebih lanjut ia menjelaskan, jika secara fisik, hal itu dapat menonaktifkan virus, sehingga tidak dapat mengikat dan memasuki sel manusia lagi.
Semua ini, tentang bagaimana molekul sabun terbentuk. Masing-masing terlihat seperti sperma kecil, dengan kepala dan ekor.
Itulah sebabnya, mencuci tangan dengan air dan sabun menjadi sangat penting, karena campuran kedua bahan itu menciptakan lebih banyak gelembung sabun, hingga mengganggu ikatan kimia yang memungkinkan bakteri, virus, dan kuman lainnya menempel di permukaan.
Setelah membilas tangan, semua kuman yang telah terluka, terbunuh oleh molekul sabun, dan hanyut.
“Semua gelembung dan busa itu benar-benar mengambil kuman dan membasuhnya,” pungkas Williams.