Ngelmu.co – Acara web seminar (webinar) bertajuk ‘Ekonomi Syariah di Indonesia: Kebijakan Strategis Menuju Era New Normal’, yang diselenggarakan oleh Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang—via zoom—diretas saat Wakil Presiden, Ma’ruf Amin, memberikan sambutan.
Bergabungnya Ma’ruf, sebagai salah satu pembicara dalam acara tersebut, memang tidak secara langsung, karena sedang mengikuti rapat terbatas dengan presiden.
Namun, ia tetap menyampaikan pidato yang sebelumnya telah direkam.
Ketika tayangan pidato Ma’ruf, sampai di menit ketujuh, webinar tersebut diretas.
Wajah Ma’ruf yang sebelumnya nampak di layar, dicoret-coret dengan tinta merah bertuliskan ‘Gak Ada’.
Para peserta pun terkejut. Mayoritas dari mereka, mengira layar komputer pihak Istana Wapres, sedang dimain-mainkan anak kecil.
“Gimana nih, komputer Istana Wapres dimain-mainin bocah. Jangan dicoret-coret dong layarnya,” kata salah satu peserta webinar, seperti dilansir Tempo, Kamis (4/6).
Tak lama usai wajah Ma’ruf, di layar dicoret-coret, potretnya pun menghilang, disusul munculnya layar hitam bertuliskan huruf-huruf tak teratur. Sekilas terbaca, ‘Mundur, Ok’.
Zoombombing—penyusupan di tengah telekonferensi—memang kerap terjadi.
Dalam kata lain, Zoombombing, memang menjadi bentuk ancaman bagi para pengguna zoom.
Peretas masuk melalui link yang disebarkan maupun celah keamanan yang ada.
Menanggapi kejadian ini, Staf Khusus Wapres, Masduki Baidlowi, meminta pihak penyelenggara webinar, mengusut pelaku peretasan.
“Tentu saya menyesalkan atas terjadinya gangguan tersebut, apalagi jika kejadian tersebut disengaja oleh pihak-pihak tertentu,” ujarnya, Kamis (4/6).
“Saya minta pihak penyelenggara mencari tahu, kenapa hal tersebut sampai terjadi,” lanjutnya.
“Saya berharap agar pihak UIN Malang, bisa berkoordinasi dengan pihak keamanan (cyber), mengusut dan mencari tahu duduk perkara dari hal tersebut,” pungkas Masduki.
Baca Juga: Luhut Ajak Pengkritik Utang Negara Bertemu, Dosen Senior UI Menyanggupi
Terlepas dari itu, sebelumnya, pakar keamanan siber dari CISSReC—lembaga kajian sistem keamanan informasi—Pratama Persadha, pernah memberikan masukan.
Ia mengatakan, jika para penyelenggara negara, seharusnya menggunakan aplikasi yang terbukti aman [zero issues].
Hal ini, kata Pratama, untuk jangka panjang, Indonesia harus memiliki aplikasi video conference sendiri, buatan anak bangsa, yang aman dan dapat digunakan secara luas.
“Pemerintah melalui BSSN maupun Kominfo, harus bisa melahirkan aplikasi video conference yang bisa dipakai oleh negara,” tuturnya.
“Sehingga kita tidak tergantung dari luar,” pungkas Pratama, dalam keterangan tertulis, Jumat (17/4).